Langsung ke konten utama

ORIGINAL DAN BAJAKAN

Suka yang original apa cheese? Original dong. Cheese bikin enek. Ngng... ini ngomongin apa ya? Ayam goreng KFC? O-ri-gi-nal. Asli, enggak pake palsu-palsu. Ya iyalah namanya juga original sudah pasti asli. Selain ayam goreng, menikmati semua karya, entah sastra, film, komik, dan sebangsanya, lebih suka yang original. Bukan bajakan. Memang sih lepas 100% dari bajakan, saya belum bisa (atau belum ada kemauan?). Sistem OS laptop saya bukan original. Anime-anime yang saya tonton dari web unofficial (dari fans untuk fans). Memang sebisa mungkin mengurangi banget menikmati konten non original.
Film, saya lebih memilih nonton langsung di bioskop kalau memang ada di sana. Ngapain musti nunggu yang bajakan? Sedihnya pegiat film bajakan, khususnya buat film Hollywood kece, gercep banget. Bisa loh hari ini tayang pertama di bioskop, tapi beberapa hari kemudian atau bahkan hari besoknya pas, versi bajakannya sudah nangkring di web unofficial. Kualitasnya masih buram, jelek, dan enggak banget. Cuma buat penikmat film bajakan, kualitas memalukan kayak gini (karena bajakan) enggak jadi soal. Asal bisa nonton, udah itu aja.
Musik, sudah lama saya enggak download lagu di web entah apa, menyimpannya di smartphone, dan menjadikannya koleksi. Dulu pernah... tapi sekarang saya anti banget menikmati musik pakai cara kayak gini. Saya memilih mendengarkan musik lewat Spotify. Original, legal, dan pasti enggak melanggar hukum. Tagihan Spotify jatuh tempo dan belum diperpanjang, ya sudah. Dengerin musik (original) bisa lewat mana pun, asal bukan yang bajakan.
Youtube, saya lebih suka nonton karya kreator resmi daripada konten yang sumbernya enggak jelas dan entah siapa kreatornya. Apalagi sekarang pekerjaan jadi Youtuber benar-benar berkelas. Buku, saya jelas memilih beli di toko buku (bukan toko abal-abal) karena bisa jadi koleksi pribadi. Walau masih jadi penikmat konten enggak original (buat beberapa hal), seenggaknya tetap berusaha meminimalisir konten-konten KW yang jelas enggak menghargai kreatornya.

Jogja, 06 Juni 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan