Sama kayak hari-hari besar lain, momen Ramadan juga dimanfaatkan pelaku ekonomi mendapatkan keuntungan yang lebih dari hari biasa. Toko-toko pakaian memperbarui koleksi baju Muslim lengkap dengan diskon-diskon yang menggoda. Penjual makanan-makanan manis a.k.a takjil bertebaran setiap jelang berbuka puasa. E-commerce juga enggak mau kalah. Banyak promo yang dilakukan secara besar-besaran demi menarik perhatian.
Setiap hari raya keagamaan, Lebaran dan Natal khususnya, pelaku ekonomi memang memanfaatkannya dengan baik. Jangan sampai terlewatkan, terutama Lebaran. Kemeriahan pelaku ekonomi di hari raya keagamaan di Indonesia memang fokus sama Lebaran, Natal, Tahun Baru Imlek juga, Waisak dan Galungan? Pasti ada kemeriahan dari pelaku ekonomi juga cuma enggak semeriah Lebaran atau Natal.
Jangan lupakan parsel dan kue-kue kering. Datanglah ke swalayan dan lihat ada berapa banyak kue kering, sirop, parsel, kue-kue khas Lebaran. Sangat mendominasi. Sesuai isi ceramah setiap bulan Ramadan, 10 hari terakhir puasa adalah saat yang sangat ramai untuk menyerbu pusat perbelanjaan.
Ibu-ibu sibuk menyiapkan kue kering dan segala penganan Lebaran. Anak-anak mulai heboh dengan baju-baju baru. Enggak jarang juga ibu-ibu yang membuat sendiri kue kering khusus Lebaran. Bukan jadi pebisnis dadakan, tapi karena momen spesial, kue kering pun juga harus spesial, bikinan sendiri.
Tentu enggak salah memanfaatkan perayaan keagamaan untuk berbisnis. Bukan sesuatu yang haram dan melanggar hukum 'kan? Cuma jangan sampai gemerlap yang ditawarkan pelaku ekonomi membuat semangat beribadah jadi kendor. Rela sholat di akhir waktu, bahkan meninggalkannya demi memenuhi target pasar yang lagi rame-ramenya. Mau jadi pelaku ekonomi atau penikmat alias pembeli, enggak masalah, asal jangan kebablasan. Jadi boros banget, misal.
Jogja, 04 Juni 2018
Komentar
Posting Komentar