Oke, kita mulai dari mana cerita kali ini? Sesuatu yang sangat-sangat populer dan banyak orang yang... yah... bisa gonjang-ganjing karenanya. Ah, lebay. Seriusan. Bukannya berlebihan atau apa, tapi film "Avengers: Infinity War" berhasil bikin tren sendiri. Banyak antisipasi buat sesuatu yang bisa merusak kenikmatan nonton serial Avengers.
Yay! "Avengers: Infinity War" memang film yang sangat-sangat... keren! Awesome! Efek yang keren, cerita yang penuh aksi dan visual efek yang wow, superhero yang bersatu melawan kejahatan, dan tentunya drama. Film se-war ini tetap menyajikan drama. Ya, drama. Bukan cuma aksi tembak-menembak, serang-menyerang, tapi ada juga drama antara Thanos dan Gamora. Bolehkah saya bercerita drama mereka di sini? Hei.. hei.. ingat judul cerita kali ini.
Satu musuh bersama dilawan banyak superhero. Oke, ini menarik. Rasanya sangat menyebalkan melihat wajah Thanos yang di akhir film ngasih pesan "tersembunyi" yang isinya: "Thanos will return". Oke, dunia Avengers enggak segampang itu selesai. Ini investasi. Bertahun-tahun menciptakan sekumpulan superhero di dunianya yang berhasil "menyihir" kita yang hidup di dunia yang serba realistis. Nonton film superhero, salah satunya, bisa membawa kita merasakan sensasi sebuah "dunia baru". Kekacauan karena satu makhluk, pelindung dengan kekuatan-kekuatan yang luar biasa, semua yang "hanya" ada di film.
Sebagian orang ada yang berandai punya superpower kayak Scarlet Witch, Thor, Spider-Man, Iron Man, Black Panther, Doctor Strange, tapi kalau dunia realistis kita benar-benar ada kekuatan semacam ini, yakin masih menginginkan kekuatan mereka? Yah... kita tahu superhero enggak pernah tenang menjalani hidupnya.
Durasi sekitar dua jam tigapuluh menit enggak cukup buat menceritakan dunia Avengers. Seperti film superhero keren lainnya, cerita enggak akan segampang itu selesai. Dua tahun lagi, empat tahun lagi, atau mungkin satu tahun lagi, kita akan memasuki dunia Avengers (lagi) dengan cerita yang sambung-menyambung. Setiap cerita pasti memiliki akhir, tapi benar-benar mengakhiri sebuah cerita yang bertahun-tahun menciptakan gempita dan tren, sepertinya enggak akan terjadi.
"Avengers: Infinity War", sebuah film yang keren. Enggak ada penyesalan menukar Rp40 ribu dengan film sekeren ini. Apa film lain juga bisa ngasih efek begini? Oke, "Avengers: Infinity War" keren. Terlalu keren. Keren banget. Saya enggak mau spoiler. Saya enggak mau bikin rangkuman, termasuk sisi dramatis Thanos yang seakan enggak punya hati dan sangat ambisius gila ini. Thanos, supervillain, musuh bersama, sekaligus seorang ayah. Iya, ayah dari seorang putri bernama... (sepertinya ini rahasia umum) Gamora.
Infinity Stone yang bikin Thanos ambisius seharusnya bisa menyatukan semuanya tanpa harus war-war bahkan kehilangan nyawa. Semacam satu dunia dipimpin satu makhluk, tentunya dunia Avengers. Bukan dunia kita. Cerita akan menjadi klise kalau akhirnya seperti itu. Entah seperti apa akhir dari cerita ini, tapi yang jelas gempita dan tren (baru) sudah siap diluncurkan.
"Avengers: Infinity War" sungguh keren! Keren! Keren! Sangat keren! Oke, cukup bilang "keren"nya. Film ini sungguh keren!
Jogja, 6 Mei 2018
Komentar
Posting Komentar