Langsung ke konten utama

TENTANG TERBANG MENEMBUS LANGIT


Mimpi itu harus dikejar. Walau banyak halangan dan rintangan, jangan dijadikan alasan untuk menyerah. Bertemu kegagalan, wajar, tapi tetap berusaha yang terbaik biar enggak sampai ketemu sama si "kegagalan" ini. Begitulah salah satu pesan dari film "Terbang Menembus Langit" karya Fajar Nugros. Film yang ringan tanpa ada drama berlebihan. Tanpa kita sadari, pesan-pesan dalam film ini bisa tersampaikan karena jalan ceritanya enggak bikin kita berpikir rumit. Bisa dibilang film ini ringan dengan pesan positif yang bisa memotivasi kita.
Film genre drama ini dibintangi Dion Wiyoko, Laura Basuki yang tetap kelihatan flawless walau dalam kehidupan nyata sudah menjadi seorang ibu, Baim Wong, Delon, Marcell Darwin, Dinda Hauw dan lain-lain. Setting film ini di Tarakan, Surabaya dan Jakarta tahun 1990-an. Satu lagi pesan positif yang keren dari film ini adalah Bhineka Tunggal Ika. Berbeda-beda tapi tetap satu. Dialog paling keren dari film ini bagi saya, "Kami bukan orang China. Kami orang Indonesia keturunan China." Tenang, film ini enggak ada sensitif sama rasis kok. Sekali lagi, film ini punya jalan cerita yang ringan. Enggak sampai urat menegang karena adegan yang bikin greget sekaligus keki, apalagi adegan yang rasis. Enggak ada kok adegan macam ini. Walau ada sepotong adegan kerusuhan 98, tapi fokus film ini bukan mengarah sama kejadian ini.
Film ini juga ngasih pesan agar kita "berani" menjadi boss dalam bisnis sendiri. Bukan menjadi pekerja yang berada di bawah kuasa orang lain. Tantangan, kegagalan, resiko, sampai hasil yang manis disajikan dalam film ini lewat karakter bernama Achun.
Film ini memang enggak sempurana. Menurut saya juga bukan film terbaik. Kekurangan dan minus dari film berdurasi sekitar dua jam ini pasti ada. Sebelum nonton, sebaiknya cari tahu dulu tentang Onggy Hianata biar enggak mengalami kebingungan di tengah jalan cerita.
Jogja, 11.04.2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta...

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato...

DI BELAKANG (ADA) ANGKA DUA

Bisa dibilang aku mampir ke sini cuma di momen seperti hari ini. 16 Agustus. Ada momen spesial apa sih di 16 Agustus? Kata Sal Priadi, "...serta mulia, panjang umurnya." Hari lahir. Tahun ini aku melewati hari lahir ke-32. Wow! Ti-ga pu-luh du-a. Sama-sama di belakang ada angka dua tapi beda rasanya ya waktu hari lahir ke-22 dan hari ini. Waktu 22 tahun aku nggak merasa ada tekanan. Kayak berlalu gitu aja. Aku ingat hari lahir ke-22-ku terjadi setahun setelah KKN di Kulonprogo. Pengingatnya adalah waktu KKN aku pernah ditanya ulang tahun ke berapa. Aku jawab, "Bioskop." Twenty one alias 21. Apakah hari lahir kali ini aku merasa tertekan? Ada rasa yang membuatku khawatir tapi let it flow aja. Nggak mau jadi overthinking . Apa yang terjadi nantinya ya dihadapi dengan riang gembira lengkap dengan gedebak-gedebuk nya. Masa ulang tahun nggak ada apa-apa? Nggak mengharapkan juga sih. Nggak mengharuskan juga tapi kalo ada ya aku nikmati dan berterima kasih. Kode banget ni...