Langsung ke konten utama

JADI TERKENAL ITU GAMPANG

(pexels.com)
Jadi terkenal di zaman mileanial begini, gampang. Enggak perlu ribet mikirin kualitas, asal bisa viral, welcome popular! Banyak yang mendadak terkenal, masuk acara TV, jadi selebgram, "cuma" karena viral. Ada yang sengaja biar jadi viral. Ada juga yang sekedar iseng, tapi justru orang lain yang bikin viral.
Gampang sih jadi terkenal di masa sekarang. Teknologi makin canggih. Kekuatan media sosial makin wow. Apalagi yang bikin susah? Dulu, sebelum teknologi secanggih sekarang, kita lihat era tahun '80-'90-an bahkan lebih tua lagi dari ini, jadi terkenal enggak bisa instan. Terkenal di sini maksudnya lebih ke dunia hiburan ya. Dulu enggak ada tuh jadi viral dan boom! mendadak terkenal. Gimana mau viral, media yang buat nge-viral-in juga belum sebanyak sekarang, atau bahkan belum ada?
Harus step by step, berproses dari bawah banget. Panjat sosial? Panjat tebing, ada. Penyanyi, beneran bisa nyanyi. Aktor, beneran bisa akting. Kata malesbanget.com sih gitu. Nyatanya, kita coba lihat artis-artis di era '80-'90-an, kemampuan bernyanyi atau akting mereka perlu diacungin jempol 'kan? Bahkan sampai sekarang, artis di era tahun itu masih dikenal. Mereka dibilang legend. Ya, karena mereka, artis '80-'90-an, punya kemampuan dan memulai dari bawah banget. Dari bukan apa-apa jadi apa-apa.
Sekarang sih jadi terkenal enggak perlu bisa nyanyi beneran, bisa akting beneran, asal punya tampang oke, ganteng, cantik, atletis, secara fisik menarik, eksis di media sosial, kalo perlu bikin sesuatu yang viral, dan... selamat menjadi populer. Sebenarnya enggak harus ganteng, cantik, perut kotak-kotak juga. Viral adalah koentji.
Pertanyaannya, seberapa lama sih jadi terkenal karena viral? Bukan karena prestasi, bukan karena kemampuan, tapi berkat sesuatu yang instan.
Jogja, 22 April 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan