Langsung ke konten utama

TENTANG KEMARIN



Seperti apa rasanya kalo karyamu sendiri hilang begitu saja sesaat setelah kamu menyelesaikannya? Ingin rasanya berkata kasar, tapi gimana pun juga karya yang hilang itu enggak akan kembali lagi. Terpaksa, sangat terpaksa, karena keterbatasan alat juga, kemarin saya enggak update blog. Padahal saya sudah menyiapkan tulisan, sudah saya edit, tinggal satu kali klik, push! Terbit! Sayangnya itu semua musnah karena kesalahan teknis.
Update blog di rumah memang enggak seindah di kost. Warnet banyak, nyaman, bahkan enggak perlu ke warnet, wifi kost lebih dari cukup untuk akses blog. Kemarin, saya lagi di rumah. Seperti yang sudah-sudah, saya selalu menyempatkan ke warnet, satu-satunya warnet terdekat dari rumah, demi update blog. Ini karena passion, saya oke-oke saja melakukannya. Warnet di rumah enggak senyaman warnet di kost. Jauh! Sebelum-sebelumnya saya lancar update blog di warnet, di rumah. Malam kemarin, sebaliknya. Gagal total! Browser entah kenapa ngadat. Saya hanya perlu menunggu satu klik, selesai. Tulisan saya enggak bisa terbit. Terus loading. Saya pikir harus refresh halaman blog. Tanpa pikir panjang, langsung saya klik refresh. Hasilnya? Tulisan saya hilang! Belum tersimpan. Biasanya otomatis tersimpan tapi malam itu enggak. Saya bisa saja pindah ke warnet sebelah yang jaraknya aduhai. Pindah bilik juga sebenarnya mungkin. Saya terlanjur patah hati. Terlanjur ingin berkata kasar. Akhirnya saya merelakan hari itu enggak update blog. Bulan kemarin total 27 tulisan. Bulan ini, 30 tulisan. Bolong... Semoga enggak bolong-bolong.
Apa saya perlu menulis ulang yang saya tulis kemarin? Hmm.. mungkin nanti akan saya tulis ulang, tapi enggak mungkin sama persis. Satu hal yang saya dapatkan dari batalnya update blog kemarin: data penting harus punya back up yang terjamin keamanannya. G-Drive mungkin. Kalo yang hilang skripsi, tesis, disertasi, naskah novel siap terbit, gimana rasanya? Pasti ingin berkali-kali lipat berkata kasar.
Jogja, 05.03.2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan