Pernah melihat nenek-nenek jualan sapu lidi or something di pinggir jalan? Hati siapa pun pasti terketuk melihatnya. Seharusnya seusia nenek-nenek itu duduk santai di rumah bersama cucu-cucunya. Bukan berjualan di pinggir jalan seperti itu. Apa nenek-nenek itu benar-benar enggak punya pilihan selain berjualan? Kalau cuma melihat dari sudut pandang kita, ya memang seperti itu adanya. Bisa jadi nenek-nenek itu atau siapapun yang tetap menjajakan dagangannya di usia senja bukan karena enggak ada pilihan, tapi justru itulah pilihan yang dipilih.
Saya pernah membaca tulisan seseorang tentang pengakuan seorang nenek yang tetap berjualan di pasar. Nenek itu justru bilang, berjualan adalah pilihannya sendiri. Keluarga masih ada dan enggak ada "drama sabun". Nenek memilih berjualan karena kalau hanya diam di rumah, justru merasa sakit. Tetap beraktivitas seperti ini, berjualan di pasar, justru membuat nenek merasa sehat. Terbiasa kerja keras sejak muda, tentu enggak mudah mengubah kebiasaan itu. Bukan berarti nenek ini enggak menikmati masa tuanya, tapi justru dengan berjualan, inilah cara si nenek menikmati masa tuanya.
Ukuran kebahagiaan setiap orang berbeda-beda sih ya. Kelihatannya si nenek dan orang-orang tua lain yang (masih) juga menjajakan dagangannya enggak bahagia di hari tua. Jangan salah. Bisa jadi memang itulah kebahagiaan mereka. Enggak semuanya begini sih, tapi kalau suatu saat lihat orang tua dengan barang dagangannya, enggak ada salahnya kita datang membeli, terlepas kita butuh atau enggak. Kalau memang mereka berjualan karena desakan ekonomi, bukan cuma karena cara mereka menikmati bahagia, kita bisa membantunya dengan cara membeli barang dagangan mereka. Ada yang bilang, membeli permen di pedagang asongan masih lebih baik daripada memberikan recehan kepada pengemis. Mereka, siapa pun, yang tetap berjualan walau kelihatannya susah, masih lebih baik daripada meminta-minta.
Jogja, 12.03.2018
Komentar
Posting Komentar