Langsung ke konten utama

COWOK YANG MENJUAL

(pexels.com)
Cewek jadi objek yang menjual, biasa. Cowok jadi objek yang menjual? Ada. Belum banyak, tapi beberapa produk ada yang memakai model cowok. Dulu memang cewek yang lebih banyak digunakan sebagai "alat" promosi, tapi karena semakin banyak cowok metroseksual, produk yang menggunakan cowok untuk mendongkrak penjualan juga semakin banyak. Sekarang, sampai tulisan ini ditulis, cewek dan cowok punya porsi yang enggak jauh beda buat mempromosikan sesuatu. Tentunya cewek dan cowok yang enak dilihat.
Entah siapa yang membuat aturan, definisi enak dilihat adalah tinggi semampai, berkulit putih, mulus, atletis, dan terlihat begitu sempurna. Makanya mereka yang terlibat dalam industri ini terlihat begitu wow dan membuat sebagian yang lain minder dibuatnya apalagi kalau dalam satu ruangan. Cowok "cantik" sekarang banyak. Sebenarnya "cuma" cowok yang merawat diri lebih giat dari cowok kebanyakan. Wajar penampilan mereka begitu mengagumkan.
Seperti apa ya pasangan mereka? Kadang saya membayangkan sosok pasangan mereka yang juga terlihat mengagumkan secara fisik. Apa sama-sama mulus macam porselen? Rasanya orang semacam ini begitu susah buat disentuh. Sebuah pernyataan dari orang yang enggak kenal dekat dengan mereka.
Aturan yang mengharuskan cowok jadi atletis dan segala macamnya itu demi bisa jadi objek yang menjual, enggak semudah membalik telapak tangan. Penampilan jadi sorotan. Enggak bisa "semau gue" pakai baju ini dan itu. Membentuk atletis yang jadi salah satu daya tarik ini harus banget berdarah-darah. Kayak enggak menikmati hidup. Enggak bisa bebas begini dan begitu. Circle-nya juga enggak asal-asalan. Pencitraan harus maksimal. Kok kesannya negatif ya cowok yang kayak gini? Enggak kok. Enggak gitu juga. Tampilan yang flawless bikin mereka kayak enggak gampang diraih. Modalnya harus banyak.
Dulu mungkin yang punya cita-cita jadi model cuma cewek. Sekarang cowok juga punya cita-cita yang sama. Hati-hati jangan sampai terlalu berambisi. Boleh-boleh saja punya ambisi jadi sesuatu, tapi harus dikendalikan. Kalau enggak, ya bakal gelap mata. Pernah terjadi tahun 2016. Biasanya yang jadi korban eskploitasi industri semacam ini cewek, tapi di tahun itu justru cowok. Ada oknum yang mengaku dari TV swasta dengan tagline "Televisi Masa Kini" ngadain casting satu program. Entah korbannya terlalu berambisi atau oknum ini pakai trik apa, tapi casting abal-abal ini isinya penyiksaan fisik, direkam, dan diperjualbelikan buat mereka yang terobsesi sama Bondage, Discipline, Dominance and Submission a.k.a BDSM. Mereka yang jadi korban cowok. Enggak sedikit yang bertubuh atletis. Kenapa mereka bisa terjebak seperti itu? Entahlah.
Sekarang memang makin banyak yang pengen terjun di dunia showbiz, tapi semakin banyak juga oknum yang memanfaatkannya secara kurang ajar demi kepentingan busuk mereka sendiri. Hati-hati, Guys.
Jogja, 24.03.2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta...

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato...

DI BELAKANG (ADA) ANGKA DUA

Bisa dibilang aku mampir ke sini cuma di momen seperti hari ini. 16 Agustus. Ada momen spesial apa sih di 16 Agustus? Kata Sal Priadi, "...serta mulia, panjang umurnya." Hari lahir. Tahun ini aku melewati hari lahir ke-32. Wow! Ti-ga pu-luh du-a. Sama-sama di belakang ada angka dua tapi beda rasanya ya waktu hari lahir ke-22 dan hari ini. Waktu 22 tahun aku nggak merasa ada tekanan. Kayak berlalu gitu aja. Aku ingat hari lahir ke-22-ku terjadi setahun setelah KKN di Kulonprogo. Pengingatnya adalah waktu KKN aku pernah ditanya ulang tahun ke berapa. Aku jawab, "Bioskop." Twenty one alias 21. Apakah hari lahir kali ini aku merasa tertekan? Ada rasa yang membuatku khawatir tapi let it flow aja. Nggak mau jadi overthinking . Apa yang terjadi nantinya ya dihadapi dengan riang gembira lengkap dengan gedebak-gedebuk nya. Masa ulang tahun nggak ada apa-apa? Nggak mengharapkan juga sih. Nggak mengharuskan juga tapi kalo ada ya aku nikmati dan berterima kasih. Kode banget ni...