Menit-menit pertama saya nonton 'Black Panther' dari Marvel, mendadak kepikiran, "Kapan Indonesia bisa kayak gini ya? Jadi setting film superhero Marvel, bukan cuma setting, tapi tokoh utama dari Indonesia, superhero Indonesia." Pasti keren banget dan membanggakan. Gimana enggak bangga kalo negara sendiri jadi setting film sekelas Marvel?
Saya memang suka banget film-film fiksi superhero kayak gini. X-Men, Superman, Wonder Woman, The Flash, dan kawan-kawannya, semua favorit saya. Kadang berimajinasi punya kekuatan super, bisa terbang, bisa nembakin laser dari tangan, bisa bikin perisai cahaya, dan bla.. bla.. bla.. Film 'Black Panther' yang izin edar resminya dari Disney ini jadi salah satu dari sekian banyak film superhero yang bikin saya kagum. Suka! Tunggu... 'Black Panther' disebarin sama Disney? What? Kayaknya waktu saya nonton, logo Disney enggak nongol sama sekali. Hmm.. mungkin 'cuma' jadi distributor kali ya. Bukan jadi bagian dari produksi. Soto ayam a.k.a sotoy a.k.a sok tau deh saya. ^ ^ 'Black Panther' ada di peringkat ke sekian setelah 'Justice League'. Peringkat ala-ala dari saya sendiri. Yah... anggaplah peringkat kedua. Film superhero dari Wakanda ini amazing banget, tapi buat saya, masih lebih amazing 'Justice League' atau 'X-Men: Apocalypse'.
Tenang, saya enggak bakal spoiler film 'Black Panther' kok. As always. Buat yang suka film superhero, langsung kuy ke bioskop terdekat. Jangan nonton yang bajakan loh ya.
Satu lagi yang saya dapat setelah nonton 'Black Panther': superhero pasti menang, tokoh utama pasti mengalahkan tokoh jahat, akhir yang bahagia. Langsung deh ingat Klub Skenario FLP yang saya ikuti. Penonton pasti enggak mau melihat 'jagoan'nya berakhir tragis. Inti konflik di film 'Black Panther' sebenarnya bisa dibilang simpel sih, tapi bagus kok. Tetep amazing!
(sumber: https://www.quirkybyte.com/wp-content/uploads/2017/01/2-35.jpg) |
Jogja, 01.03.2018
(Btw... sekarang Maret ya...)
Komentar
Posting Komentar