Langsung ke konten utama

UANG

Persahabatan bisa hancur karena uang. Pernikahan bisa hancur karena uang. Apalagi yang bisa hancur karena uang? Dunia ini bahkan bisa dikuasai satu orang cuma dengan uang. Gampang sekali bilang ‘cuma’. Uang memang racun tapi tanpa uang apa bisa? Sekarang semua serba uang. Makan, butuh uang. Belanja, butuh uang. Pup juga butuh uang... kalau di toilet umum.
Sekarang memang bukan zaman barter. Sangat dimudahkan dengan adanya alat tukar bernama uang. Semua orang bisa menerimanya. Bisa dibayangkan riweuh-nya kalau sekarang masih zaman barter. Jadi ingat kelas Ekonomi di SMA.
Uang memang punya dua sisi. Familiar 'kan dengan istilah 'bagai dua sisi mata uang yang saling berdampingan'? Kebaikan dan keburukan. Positifnya bisa digunakan untuk membantu yang membutuhkan. Uang kalau digunakan untuk kebaikan, pasti bermanfaat. Negatifnya ada yang gelap mata karena uang. Menghancurkan apa yang sudah terbangun hanya demi uang. Berkaca pada ‘drama’ antara dua Youtuber Indonesia, akar permasalahan sebenarnya karena uang.
Sebelumnya, dua Youtuber ini bersahabat. Sekarang justru hubungan mereka memanas karena salah satu merasa dicurangi. Penyebabnya adalah uang. Enggak sesuai kesepakatan tentang pembagian sesuatu yang berhubungan dengan uang, membuat satu Youtuber ini berang. Mungkin ini ujian persahabatan mereka.
Uang juga bisa menjinakkan ‘singa’ seperti kucing Angora yang siap bermanja-manjaan di pangkuanmu. Yes! Uang itu seperti mantra. Mungkin mantra terkuat. Semuanya bisa berjalan lancar asal ada uang. Asal punya uang.
Iyakah?
Enggak selamanya uang bisa menjadi jaminan happily ever after. Ada masa, uang justru menjadi lubang buaya. Setelah terjebak di dalamnya, hanya ada penyesalan berkepanjangan. Bagaimana caranya enggak diperbudak uang? Bagaimana caranya enggak bergantung dengan nilai bernama uang? Kita kerja untuk mendapatkan uang. Kerja keras untuk mendapatkan uang. Kebahagiaan bisa diantarkan kalau ada uang. Apa bisa enggak bergantung dengan uang?
Bisa.
Bergantung di sini maksudnya enggak men’dewa’kan uang. Enggak menempatkan uang di posisi paling atas. Uang itu fana. Datang sesaat kemudian pergi. Untuk memanggilnya kembali harus menunggu berhari-hari. Seperti fatamorgana yang terlihat menggoda tapi setelah didekati justru hilang dan menguap. Kalau standar kebahagiaan adalah uang, diukur berdasarkan nilai, enggak ada yang merasakan kebahagiaan. Uang bisa membantumu mendapatkan keinginan, tapi setelah uang pergi, apa keinginan itu juga akan pergi?
Ortodok sekali kalau berselisih karena uang.
Nyatanya memang ada sih.
Jogja, 16.09.2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan