Langsung ke konten utama

TRANSPORTASI

Apa cuma orang Indonesia yang punya kebiasaan sedikit-sedikit naik motor, sedikit-sedikit naik mobil? Apa cuma orang Indonesia yang hobi koleksi kendaraan sampai ke mana-mana harus pakai kendaraan pribadi? Salah satu yang menjadi khas Indonesia, banyak yang bilang, macet. Lihat saja Jakarta. Kendaraan berjubel memenuhi ruas jalan. Hanya saat Lebaran Fitri Jakarta bisa lengang. Kemacetan yang terjadi setiap hari. Bagi orang yang tinggal di Jakarta, kemacetan parah seperti itu akhirnya menjadi kebiasaan. Yah.. mau enggak mau memang begitu keadaannya. Sayang, lalu lintas jalur udara belum dibuka, khusus buat mobil dan motor terbang?

Lalu lintas di Indonesia semakin macet, semakin banyak yang sedikit-sedikit motor, sedikit-sedikit mobil, sebanding juga sih dengan pembeli kendaraan pribadi yang semakin banyak. Aku enggak tahu angka pastinya berapa, tapi sekarang makin mudahkan membeli motor dan mobil? Mudah karena banyak fitur kredit yang ditawarkan. Sekarang siapapun bisa punya mobil. Asal bisa bayar kredit per bulan, selamat menikmati kendaraan pribadi.

Kebiasaan seperti ini berpengaruh juga dengan kebiasaan mager jalan kaki. Banyak yang merasa terlalu jauh kalau ke suatu tempat cuma dengan berjalan kaki. Sebenarnya enggak jauh, cuma karena terlalu terbiasa sedikit-sedikit motor, sedikit-sedikit mobil, jarak yang sebenarnya dekat jadi terasa jauh.

Kenapa orang Jepang bisa punya kebiasaan jalan kaki saat bepergian? Jarang ada yang sengaja naik mobil atau motor pribadi. Jepang bahkan punya rambu lalu lintas khusus buat pejalan kaki, kayaknya di Jepang memang rambu lalu lintas khusus buat pejalan kaki. Pernah lihat di satu vlog, saking banyaknya pejalan kaki, jalanan macet justru bukan karena banyaknya kendaraan tapi karena banyak pejalan kaki. Apa karena di Indonesia fasilitas kendaraan umum enggak seperti di Jepang?

Bisa jadi ini penyebab orang Indonesia (kebanyakan) mager jalan kaki, mager naik kendaraan umum. Kalau dibandingkan, memang jauh. Jepang punya kendaraan umum yang levelnya lebih tinggi dari Indonesia. Indonesia pasti sudah mengusahakan punya kendaraan umum yang selevel sama Jepang. Mungkin progress-nya yang lambat. Bukan berarti semua kendaraan umum di Indonesia memprihatinkan ya. Memang belum selevel sama Jepang. Itu saja.

Pernah baca, Jepang mengurangi banget kepemilikan kendaraan pribadi dan mengarahkan warga negaranya untuk lebih memanfaatkan kendaraan umum. Jepang ingin mengurangi level polusi karena kendaraan. Mengurangi di negara sendiri tapi gencar memproduksi di negara seberang. Ya, Indonesia. Banyak ‘kan motor atau mobil made in Japan? Tiap tahun selalu ada tipe baru. Kepemilikan kendaraan pribadi di Indonesia semakin banyak. Wajar saja jalanan sekelas ibukota setiap hari macet dan padat.

Lalu lintas di Jogja saja sekarang juga sebelas-duabelas dengan lalu lintas di Jakarta, walau ada yang bilang Jogja masih lebih baik. Kalau belum ada pembiasaan memang susah. Pembiasaan mengurangi frekuensi naik kendaraan pribadi. Pemerintah memang menganjurkan untuk lebih banyak menggunakan transportasi umum demi mengurangi kemacetan. Sayangnya (masih) banyak yang ogah naik kendaraan umum. Enggak efisien waktu. Ada juga yang justru naik kendaraan pribadi demi meningkatkan level sosial. Semakin mahal harganya, semakin besar gengsinya.

Aku enggak mengandalkan transportasi umum karena fasilitasnya belum oke. Belum bisa efisien waktu. Dipikir-pikir... kalau diusahakan sebenarnya bisa. Shelter Trans Jogja lumayan banyak. Murah juga. Kenapa enggak dicoba ya? Transportasi umum andalan di Jogja yang sekarang jelas ya Trans Jogja. Memang belum bisa efisien waktu tapi justru bisa sekaligus melatih disiplin waktu. Kalau tahu naik kendaraan umum enggak bisa memangkas waktu sebanyak naik kendaraan pribadi, tentu waktu berangkat juga harus dipersiapkan. Enggak mepet-mepet.

Wah.. kok jadi dilema ya? Kalau mau konsisten naik transportasi umum pasti setiap hari ada anggarannya. Bakalan sama kayak naik kendaraan pribadi enggak ya? Baiklah mari diperjelas.

Misal, bensin full buat motor Rp 25.000. Pemakaian standar, artinya enggak sampai ke luar kota atau jarak jauh, bisa buat satu minggu, yah.. mendekati seminggulah. Naik Trans Jogja Rp 4.500 apa Rp 3.500 ya? Anggaplah Rp 3.500 x 2 a.k.a berangkat dan pulang. Berarti Rp 7000 x 7 = Rp 49.000.

...

Baiklah.

Mau mengurangi frekuensi kendaraan pribadi? Dimulai dari diri-sendiri loh.

Kalau misal lima hari naik transportasi umum, dua hari naik kendaraan pribadi, jadi...

Rp 7000 x 5 = Rp 35.000.

...

Baiklah.

Mungkin belum bisa sepenuhnya mengandalkan transportasi umum, tapi akan tetap dicoba. Selang-seling antara naik kendaraan umum dan kendaraan pribadi.

Jogja, 08.09.2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan