PLASTIK

Setiap orang pasti punya masalah. This is life. Nonsense banget kalau enggak ada masalah. Indonesia punya masalah apa? You know... beberapa masalah bikin pelik dan kesannya drama banget. Enggak usah disebutin apa saja masalah Indonesia. Sebut salah satu saja deh: sampah. Masalah satu ini di Indonesia sudah ada solusi? Beberapa daerah memang sudah punya solusi buat permasalahan ini, tapi di daerah yang lain justru belum ada. Padahal sampah setiap hari bertambah. Semakin menumpuk, menumpuk, akhirnya menggunung. Pernah melihat gunungan sampah? Dan enggak sedikit dari sampah itu adalah plastik. Butuh waktu berapa lama plastik bisa terurai sempurna?
Butuh waktu 10-12 tahun agar sampah plastik bisa terurai sempurna. Sampah kertas akan benar-benar terurai dua sampai enam bulan. Sampah organik a.k.a sampah dari bahan alami seperti kulit buah, sayur, bisa terurai beberapa hari atau beberapa minggu. Paling lama sebulan. Berapa banyak sampah yang kita hasilkan hari ini? Apalagi sampah plastik. Beli ini, bungkus plastik. Beli itu, bungkus plastik. Bahkan aku pernah lihat ada seseorang yang beli air mineral dan snack, minta dibungkus plastik, yang langsung dinikmati saat itu juga. Buang-buang percuma. Walau plastik ini ada tulisan, “plastik ramah lingkungan, plastik gampang terurai, dan bla bla bla..” tetap saja namanya pemborosan. Plastik ramah lingkungan? Butuh waktu berapa lama plastik ramah lingkungan ini terurai sempurna? Seramah apapun jenis plastiknya, kalau memang bisa enggak pakai kantong plastik, kenapa harus minta?
Belum lagi saat makan di warung sebelah. Minumnya apa? Pakai sedotan? Plastik lagi.. plastik lagi.. Kalau bisa daur ulang, mengurangi sampah plastik dan bermanfaat, tapi kalau cuma dibuang? Menumpuk di tempat sampah? Bertahun-tahun bentuknya tetap sama sebelum akhirnya hilang. Belum lagi kalau ditambah dengan sampah plastik lain yang terus ada setiap hari.
Penggunaan plastik di Indonesia memang pernah dikurangi. Entah memang waktu itu sedang boom atau aku yang kudet alias kurang update, tapi waktu itu banyak minimarket dan supermarket memberikan harga sendiri untuk satu kantong plastik. Ada supermarket yang menyediakan tas kain sebagai pengganti kantong plastik. Tas kain ini tentu bisa digunakan berulang-ulang. Aku sempat beli satu tas kain ini.
Sekarang aturan itu enggak ada. Mungkin di salah satu supermarket masih diterapin aturan ini tapi enggak boom seperti waktu itu. Aku lebih memilih enggak menggunakan kantong plastik. Sebisa mungkin menghindari. Kalau masih bisa dibawa tanpa kantong plastik, enggak bakal minta. Dipikir, sayang juga kantong plastik cuma sekali pakai kemudian dibuang. Berakhir di tempat sampah. Begitu saja.
Kalau bisa memanfaatkan kantong plastik untuk sesuatu yang lain, good job! Kalau enggak bisa tanpa kantong plastik dan merasa ribet bawa tas belanja sendiri yang bisa digunakan berulang, harus mau menyimpan kantong plastik itu dan dimanfaatkan buat sesuatu yang lain.
Seorang teman pernah bilang, setiap kantong plastik hasil belanja selalu dikumpulkan. Bahkan sampai menumpuk banyak banget dan akhirnya memang jadi sampah. Cara ini bisa digunakan daripada membiarkan kantong plastik hanya berakhir di tempat sampah dan menunggu bertahun-tahun untuk bisa lenyap.
Sebaiknya memang harus benar-benar mengurangi penggunaan kantong plastik dari sekarang. Bawa kantong belanja sendiri yang bisa digunakan berulang, jangan pakai sedotan kalau memang bisa, minum susu kemasan tentu harus pakai sedotan, mengurangi sesedikit mungkin penggunaan kantong plastik.
Sempurna menghindari masih susah, karena bukan cuma kantong belanjaan yang terbuat dari plastik, tapi bungkus makanan yang dibeli juga dari plastik. Iya, mengurangi penggunaan kantong plastik, tapi beli snack, bungkusnya juga plastik.
Ya.. seenggaknya bisa mengurangi penggunaan walau belum bisa benar-benar menghindari.
Mungkinkah benar-benar bisa menghindari?
Jogja, 26.09.2017

Bagus Adisatya

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar