Langsung ke konten utama

LALU LINTAS

Pernah merasa KZL di jalan? Bukan, bukan karena yank kemarin ku melihatmu, kau bertemu dengannya, tapi karena ulah pengguna jalan yang pura-pura bodoh atau memang benar-benar bodoh. Kadang heran sampai ubun-ubun, ada saja yang semau gue di jalanan. Lampu merah diterobos, putar arah di rambu yang seharusnya enggak boleh putar arah, belok tanpa kasih sein, dan lain-lain. Bukan, bukan cuma ibu-ibu ber-matic kok. Banyak bangetkan kelakuan pengguna jalan yang bikin ‘oh My’.. ‘what the...’?

Ada yang menganggap taat aturan berlalulintas ini enggak penting. Ah cupu lo kayak begituan diseriusin. Sadar enggak sikap semau gue di jalan itu bisa bikin celaka diri-sendiri bahkan orang lain?

Pernah di satu malam, pengendara motor ditabrak bus gegara sopir bus nerobos lampu merah. Ini salah siapa? Salah enggak taat aturan. Apa susahnya berhenti di lampu merah? Paling lama juga dua menit. Merasa terlalu lama?

Apa yang akan kamu lakukan saat lampu merah menyala malam-malam di saat lalu lintas terlihat sepi? Yakin dari arah lain benar-benar sepi?

Merasa sangat greget, diri-sendiri sudah tertib berlalulintas tapi orang lain masih saja masa bodoh.

Memang susah membiasakan taat aturan kalau diri-sendiri enggak mencoba untuk disiplin menaatinya. Ah cupu banget lo hari gini masih taat aturan. Aturan ada buat dilanggar. Santailah. Hanya orang bodoh yang hidup tanpa aturan.

Pikir lagi, aturan-aturan di jalan justru buat kebaikan semua ‘kan? Apa ada aturan di jalan yang justru merugikan? Memang harus ada komitmen diri-sendiri buat menaati aturan yang ada. Aturan apapun. Bukan cuma aturan berlalulintas.

Paling sering lihat aturan yang dilanggar dengan santainya, berhenti di area khusus pesepeda atau berhenti di garis marka penyeberangan. Tulisan jelas besar-besar, tapi kenapa dengan santainya motor atau mobil berhenti di area itu? Memalukan. Pura-pura bodoh atau memang bodoh? Belum lagi mobil yang kadang parkir bukan di tempatnya. Jalan jadi macet gegara ada mobil yang parkir semau gue.

Untuk yang satu ini, simalakama juga. Mobil berhenti di pinggir jalan yang enggak seharusnya karena mampir di warung makan. Posisi warung makan ada di pinggir jalan yang enggak nyediain tempat parkir khusus. Parahnya lagi warung makan ini ada di trotoar! Warung permanen pula. Ini salah siapa? Jangan salahkan si kambing hitam.

Simalakama. Mobil salah karena parkir sembarangan dan bikin macet. Warung makan juga salah karena posisinya yang enggak tepat. Trotoar jadi tempat jualan? Hanya ada di Indonesia (mungkin).

Seharusnya masing-masing sama memahami kenyamanan di jalan. Masing-masing memahami aturan. Demi keselamatan bersama.

Taksi yang ngambil penumpang di pinggir jalan harusnya sadar buat cepat-cepat karena bikin macet. Si pengorder taksi juga seharusnya sadar cepat masuk ke dalam taksi, bukan petatah-petitih bikin lama, bikin macet jalanan.

Pernah menemukan yang satu ini?

Kebiasaan baik memang perlu dibiasakan. Termasuk kebiasaan baik taat aturan lalu lintas.

Jogja, 04.09.2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan