Langsung ke konten utama

KETERASINGAN

Keterasingan. Pernah merasa seperti ini di suatu tempat? Bukan tempat baru tapi rasanya sangat asing. Bukan karena tempat yang berubah tapi karena rasa yang dulu, berbeda dengan rasa yang sekarang. Akhirnya tercipta satu nama, keterasingan. Merasa sendiri, merasa jauh, walau sebenarnya enggak benar-benar sendiri. Suasana dan rasa yang berbedalah yang memberi kesan sendiri dan jauh.

Aku merasa terasing di kampusku sendiri. Begitu banyak waktu terlewati di tempat lain. Aku seolah lupa masih menjadi bagian dari kampus yang dulu, selepas SMA waktu itu, begitu aku perjuangkan. Apakabar kampus? Seperti bertemu mantan untuk kali pertama setelah sekian lama. Ada rasa canggung dan muncul sekelebat kenangan yang bermuara pada keterasingan.

Seharusnya sekarang aku mengenang itu semua. Mengenang kampusku, mengenang jungkir-balik perjuangan. Seharusnya sekarang aku tersenyum mengingat masa-masa itu. Masa-masa berjuang. Ah, nanti juga aku akan merasakan fase mengenang itu. Ya, nanti.

Kenapa perasaan keterasingan itu bisa muncul? Tanya hati. Bisa jadi pertanyaan-pertanyaan itu hanya bisa terjawab dari hatimu. Iya, hatimu.

Aku sudah lama enggak datang ke kampus. Aku jauh, lebih tepatnya menjauh dari kampus. Wajar saat aku kembali ada rasa yang berbeda. Apalagi tugasku di kampus masih menggantung. Rasa yang seharusnya mengharu-biru pun berubah. YKWIM.

Keterasingan akan muncul bukan cuma karena menjauh dari suatu tempat, tapi menjauh dari apapun, saat mendekat kembali rasanya pasti asing. Ke mana rasa yang dulu ada? Kalau enggak menjauh, pasti masih ada rasa dekat yang menciptakan keterbiasaan. Nantinya rasa ini akan berubah menjadi kejenuhan.

Jadi?

Sebuah hubungan pasti ada masa tarik-ulur seperti benang layang-layang. Ada saatnya mengulur benang dan membiarkan layang-layang melayang tinggi. Ada juga saatnya menahan benang agar layang-layang enggak melayang bebas dan hilang.

Apa kamu sedang merasakan keterasingan itu? Cobalah mendekat (lagi) dan temukan rasa dekat yang dulu pernah ada. Awal-awal bisa jadi terasa sangat kaku, canggung, rasanya ingin menyerah saja. Rasa yang sebenarnya hanya sesaat. Kalau kamu tetap bertahan dengan rasa itu dan terus mendekat, rasa keterasingan itu pasti akan berganti bahkan tanpa kamu sadari.

Mendekatlah. Jangan biarkan benang layang-layang yang terulur itu semakin panjang dan semakin menjauh.

Memang ada saatnya jauh, tapi harus tetap dekat di hati.

Jogja, 07.09.2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan