Langsung ke konten utama

HUJAN

Ada yang merindukan hujan? Biasanya lama enggak ketemu bisa bikin kangen. Sayangnya, enggak setiap orang rindu hujan. Rindu dalam arti benar-benar merindukannya, bukan mengharapkan karena sudah lama enggak turun hujan. Orang yang merindu hujan pasti punya feel yang beda. Rasa yang cuma bisa dinikmati tapi enggak bisa dijelaskan pakai kata-kata. Semacam mendadak mellow.

Hujan bisa menciptakan kesan yang berbeda untuk setiap orang. Ada yang mendapatkan inspirasi, ada juga yang enggak mendapat apa-apa selain kekesalan karena 'terjebak hujan'. Dikasih hujan, protes. Enggak dikasih hujan, protes.

Hujan itu berkah. Kalau ada bencana karena hujan, ya.. salah manusia juga. Salah kita. Enggak sedikit yang justru mengeluh saat hujan turun. Aku berusaha mengubah kebiasaan enggak bersyukur itu. Pelan-pelan. Hujan bukan berarti enggak bisa ke mana-mana. Ada jas hujan, ada payung, selalu ada cara biar enggak kebasahan karena hujan.

Heran rasanya, karena hujan, satu pertemuan dibatalkan. Bukan hujan badai, apalagi hujan banjir, tapi membatalkan begitu saja pertemuan yang sudah disepakati. True story. Hujan selalu memberikan pilihan. Menikmatinya bersama keluarga dan sahabat, atau sibuk merutuk hujan yang (dirasa) datang seenaknya.

Hujan bisa bikin kumpul keluarga. Kebanyakan pasti mager ke mana-mana saat hujan. Bisa banget momen ini dijadikan kesempatan buat ngobrol-ngobrol ditemani cemilan dan minuman hangat. Kebayang suasananya 'kan?

Inspirasi juga bisa datang dari hujan. Ada karya yang lahir karena hujan. Novel dengan judul hujan ada banyak. Ini juga nih.


Kumpulan cerita saat hujan karya Pluviophile. Buku yang dicetak indie dan berharap bisa mengikuti kesuksesan buku tentang hujan lainnya.

Mau baca buku ini juga? Komen di bawah ya.

Hujan selalu membawa cerita. Ada rasa yang berbeda. Seperti memutar kenangan. Bahkan saat hujan, rasanya langsung ingat momen di rumah. Saat jauh, hujan bisa bikin satu kerinduan.

Tik.. tik.. bunyi hujan..

Jogja, 12.09.2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan