Ada yang bilang, cowok yang sudah
menikah akan bertambah berat badannya. Sebelum menikah kurus-kering, setelah menikah
berubah menjadi cerah-berisi. Enggak sedikit juga cowok yang sudah menikah
pelan-pelan menyaingi perut ibu hamil. Akhirnya sebutan “bapak-bapak identik
dengan perut buncit” menjadi sangat umum. Apa benar begitu? Apa ada
hubungannya? Let’s check!
Cowok yang sudah menikah akan
berubah posturnya, bisa jadi iya. Pasti ada kemungkinan. Istri jago masak,
selalu memanjakan suami dengan cita rasa yang menggoyang lidah. Bisa jadi juga
karena kurang memperhatikan penampilan. Mentang-mentang sudah menikah, enggak
perlu menjaga penampilan? Enggak semua cowok yang sudah menikah
lama-lama akan memiliki perut buncit tapi kalau pola hidup enggak dijaga, ada kemungkinan si perut rata perlahan menjadi semakin di depan. Sehebat apapun
istri di ranjang eh di dapur dan suami tetap menjaga pola hidup sehat, bukan
enggak mungkin buncit tergantikan dengan atletis.
Menjaga penampilan bukan berarti
“kecentilan” datang ke salon, perawatan kulit, dan bla bla bla. Hei, cowok
enggak begitu. Oke, memang ada “cowok salon”, tapi hanya satu banding sepuluh.
Rajin olahraga, menjaga pola makan, dan mengatur jam istirahat bisa jadi cara
menjaga penampilan. Percayalah, pola hidup sehat pasti akan sangat memengaruhi penampilan.
Semakin bertambah usia, semakin banyak peluang penyakit datang ‘kan? Penyakit
yang banyak dibilang sebagai “penyakit orang tua”. Enggak mau ‘kan usia masih
30-an tapi pegal-linu-encok menyerang? Apalagi penyakit yang berpotensi
berakhir pada kematian.
Aku enggak ingin jadi
“bapak-bapak buncit”. Walau sekarang aku masih belum memiliki perut atletis,
tapi nanti setelah menikah, aku enggak akan menyaingi istri yang lagi hamil.
Menyenangkan istri dengan menjaga penampilan, bukan sesuatu yang salah ‘kan? Jangan
diartikan menjaga penampilan untuk memudahkan perselingkuhan. Na’udzubillah. Menjaga penampilan
dengan pola hidup sehat berarti memperpanjang usia, memperpanjang masa
menikmati indahnya berkeluarga. Melihat anak yang menjadi sarjana, doktor,
profesor, menyaksikan anak menikah, menimang cucu. Ah, panjang sekali imajinasimu, Gus. Ini
harapan. Usaha dimulai dari sekarang.
“Dulu saya punya perut kotak
empat, tapi setelah menikah, perut saya jadi buncit begini,” kata seorang
abang di suatu malam.
“Kok bisa?” Aku penasaran.
“Setelah menikah saya jarang olahraga. Sama
ini...” Si Abang menunjuk rokok yang masih mengepul di tangan kanannya.
See? Pola hidup yang enggak
terjaga, terciptalah “bapak-bapak buncit”. Bukan mendewakan cowok berperut
atletis, tapi poin pentingnya bukan sekedar “menjaga penampilan”. Perut atletis
jadi salah satu “bonus” pola hidup sehat. Enggak mungkin ‘kan perut atletis
bisa didapatkan tanpa menjalani pola hidup sehat? Atletis artinya sehat.
Sehat memang belum tentu atletis. Hanya yang berusaha lebih keras dari orang lain yang bisa punya perut atletis.
Istri mempercantik diri untuk suami. Kalau suami menjaga penampilan untuk istri, bagaimana? Ada yang keberatan? Menjadi "bapak-bapak atletis" ibarat badak bercula satu. Langka. Dan pasti harus "dilindungi", menganjurkan bapak-bapak untuk menjalani pola hidup sehat untuk memperpanjang masa hidup. Bukan berarti ingin hidup selamanya, tapi menjaga kesehatan dan bisa menikmatinya sampai akhir hayat, setiap orang pasti menginginkannya.
Iya 'kan?
Jogja, 27.09.2017
Komentar
Posting Komentar