Langsung ke konten utama

BLAK-BLAKAN

Kalau manusia punya kemampuan membaca pikiran dan isi hati seseorang, enggak masalah kalau enggak blak-blakan. Apa yang ada di pikiran kita belum tentu sama dengan isi pikiran orang lain. Satu-satunya cara menyatukan pikiranku dengan pikiranmu agar menjadi pikiran kita, ya dengan blak-blakan. Jangan cuma saling diam dan yakin realita akan sama dengan yang ada di pikiran masing-masing. Apa susahnya ngomong? Bukan sesuatu yang negatif 'kan?
Blak-blakan ini juga ada hubungannya dengan sikap saling mengingatkan. Orang bijak bilang, manusia adalah tempatnya lupa. Saling mengingatkan demi mengurangi lupa-lupa itu. Sayangnya ada yang punya prinsip, "Seharusnya dia sudah tahu apa yang menjadi tugasnya." Setiap orang memang memiliki prinsip yang berbeda, tapi masa iya hanya sekedar "saling mengingatkan", enggak mau sama sekali? Pada akhirnya justru berantakan kalau hanya diam dan tetap berprinsip "ah, seharusnya dia sudah tahu".
Blak-blakan kesannya tanpa tedeng aling-aling ya? Langsung jedhaaar enggak pakai basa-basi. Jadi gini... Blak-blakan artinya katakan apa yang seharusnya dikatakan. Tanyakan apa yang masih menimbulkan pertanyaan. Jangan berprinsip, "Ah, pasti dia sudah tahu." Halo? Kita enggak dianugerahi kemampuan membaca pikiran dan isi hati orang lain, remember?
Beda dengan peka yang akhirnya justru langsung bertanya. Kalau masih berprinsip "ah, pasti dia sudah tahu", sampai Raisa punya cucu juga enggak akan blak-blakan. Orang Jawa bilang, "Mung dibatin."
Kalau memang harus mengingatkan, ayo katakan. Kalau memang harus dipertanyakan, tanyakan. Jangan cuma berputar-putar dengan pikiran sendiri dan berharap orang lain bisa memahaminya. Kecuali kalau kita bicara dengan Jean Grey a.k.a Phoenix dari X-Men.
Kalau nanti ada error, ya wajar kalau masih mung dibatin itu, tapi jangan selalu "diwajarkan" sampai menjadi kebiasaan. Sesuatu yang buruk kok dibiasakan?
Jogja, 19.09.2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan