Langsung ke konten utama

APA INI?

Oke. Sepertinya aku mulai lelah. Waktu terus berjalan dan belum update blog? Apa komitmen yang dibangun waktu itu sudah mulai runtuh? Konsistensiku sudah bagus. Sudah lebih dari 25 hari. Ya, sebanyak itu dan aku akan mengakhirinya begitu saja? Katanya mau jadi blogger? Bahkan aku sudah menuliskan “I’m a blogger” di semua bio media sosialku. Dan sekarang aku mengakhirinya? Selesai? Enggak ada lagi komitmen yang waktu itu yang kokoh tak tertandingi? Semen kali.
Aku yang terlalu malas. Kenapa enggak update blog sejak tadi pagi? Terlalu banyak menunda. Seharusnya rencana update blog bukan seperti ini. Sudah di luar rencana. Sedikit berantakan. Semakin berantakan dengan feeling yang menjadi kenyataan. Ya, sebelum aku siaran, aku sempat punya feeling, internet di studio mati. Bagaimana kalau benar seperti itu? Ah, enggak mungkin. Ternyata benar! Internet di studio mati. Update blog harus tertunda sampai menjelang tengah malam. Beberapa jam sebelum berganti hari dan konsistensi satu hari satu update akan sia-sia. Bolong sehari! Oh, jangan! Jangan sampai bolong!
Akhirnya tulisan ini yang terbit. Semacam keluh-kesah dan menyalahkan diri-sendiri. Ya, aku memang salah. Terlalu malas, terlalu banyak menunda. Apa aku harus blak-blakan di sini? Aku terlalu banyak o… Berhenti! Jangan teruskan. Aku lapar. Aku ingin makan tapi makan apa jam segini? Aku ingin atletis. Makan jam segini “diharamkan”. Bagaimana aku akan mendapatkan perut kotak-kotak kencang sempurna kalau selarut ini makan? Aku lapar. Mood-ku berubah jelek. Akhirnya justru menjadi tulisan seperti ini. Sangat di luar rencana. Apa ini? Aku mengeluh? Apa menariknya keluhanku ini? Aku mempromosikan setiap update blog di Twitter dan mendapatkan retweet dari sebuah akun promosi blog. Apa tulisanku kali ini layak dipromosikan? Tulisan macam apa ini? Cuma keluh-kesah karena diri-sendiri yang terlalu malas.
Demi update ini, harus datang ke Perpustakaan Kota. Wifi gratis. Iya, wifi memang gratis, tapi wifi di salah satu café, tepat di sebelah internet café, wifi harus ditebus dengan nominal Rp 10 ribu. Kalau memang ada yang benar-benar gratis, kenapa pilih yang bayar?
Setelah sibuk berpikir sendiri, akhirnya aku memilih update blog di warnet cafe. Jelas cepat dan PC enggak lemot. Kalau wifi di Perpustakaan Kota, sebentar lagi tutup. Waktuku enggak banyak. Pasti enggak sempat, apalagi PC-ku sungguh terlalu lemotnya.
Apa tulisan ini berhak untuk dipromosikan? Rasanya sangat enggak penting. Ingin marah, ingin teriak, semua ini gara-gara aku sendiri. Jangan mencari kambing hitam. Aku memang salah! Aku terlalu malas. Semuanya jadi berantakan. Bagaimana rasanya? Apa besok aku akan seperti ini lagi? Mengulang kesalahan yang sama? Sungguh sangat merugi seseorang yang menjalani hari besok sama dengan hari ini. Enggak ada perubahan menjadi lebih baik. Apa aku mau seperti itu?
Oke, ini adalah luapan kekecewaan. Luapan kemarahan. Akhirnya jadi satu tulisan ‘kan? Iya, tapi…
Ah, sudahlah. Sepertinya aku memang butuh makan sekarang untuk mengembalikan mood positif.
Jogja, 22.09.2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan