Setiap orang pasti pernah terlambat, tapi
jangan menyerah karena sebuah ke-terlambat-an. Terlambat datang ke suatu acara, terlambat makan, terlambat bangun, terlambat... lulus kuliah, terlambat... ah, enggak mau memikirkan terlambat-terlambat lain. Salah siapa? Kalau mau menyalahkan, salahkan diri-sendiri. Jangan mengkambinghitamkan sesuatu. Instrospeksi saja kenapa bisa ter-lam-bat.
Terlambat lulus kuliah, ada. Solusinya tergantung diri-sendiri. Kalau mau lulus kuliah, harus diraih sendiri. Iya, sendiri. By yourself. Beda dengan kelulusan SMA. Kalau dunia kuliah sama kayak dunia SMA yang lulusnya (harus) bareng dan (harus) serempak, pasti enggak ada istilah “terlambat lulus
kuliah”.
Bullying, pasti dirasain banget sama seseorang yang terlambat. Apapun itu. Bisa bullying level kacang goreng sampai level Nasi Padang. Buat yang terlambat lulus kuliah, bullying bisa sekaligus dijadikan motivasi, tapi tergantung sudut pandang sih. Menerima bullying secara positif, pasti bisa jadi cambuk buat lebih usaha keras. Sebaliknya, menerima bullying secara negatif, cuma dapat sakit hati, patah arang, mutung, ngambek. Yah.. setiap orang punya pandangan yang berbeda,
bahkan cara bullying tiap orang juga
berbeda.
Pasti ada banyak alasan seseorang terlambat. Alibi. Membela diri-sendiri. Bagaimana dengan “terlambat” yang
lain? Terlambat
membayar pajak, terlambat memenuhi janji, terlambat membahagiakan diri-sendiri. Apa? Terlambat membahagiakan diri-sendiri?
Iya, terlambat membahagiakan diri-sendiri. Terlalu sibuk bekerja sampai lupa bahagia. Ah,
nanti juga bisa bahagia. Sekarang kerja keras dulu, baru bahagia. Hei,
bahagia itu bisa diciptakan sekarang dengan yang sederhana tanpa menunggu nanti-nanti. Bahagia itu juga bisa datang dari yang terdekat.
Enggak perlu berpikir bahagia itu harus begini, harus begitu, karena bahagia
itu kita yang merasakan. Kalau bisa berbagi kebahagiaan dengan orang
lain, lebih baik.
Satu momen “terlambat” yang
justru paling ditunggu, tapi hanya untuk orang tertentu. Terlambat datang bulan. Pasti ditunggu ‘kan? Tentu hanya
pasangan sah yang bahagia dengan keterlambatan ini. Pasti rasanya suka-cita menikmati momen “terlambat” datang bulan. Sebentar lagi jadi ayah. Sebentar lagi jadi ibu.
Begitulah “terlambat”. Enggak
melulu sesuatu yang negatif atau sesuatu yang memalukan. Ada juga “terlambat” yang
justru sangat dinantikan. Buat yang masih available atau yang mengharapkan keterlambatan ini, momen bahagia "terlambat” datang bulang rasanya bikin baper ya.
Guru terlambat masuk kelas. Apa ini termasuk jenis “terlambat”
yang ditunggu? Lebih ditunggu lagi justru kalau guru enggak datang ke kelas. Jam pelajaran kosong, bisa bebaaas. Ah, jadi kangen masa-masa sekolah...
Apa terlambat mencintaimu
termasuk salah satu jenis “terlambat” yang buruk? Terlambat mencintaimu sampai
takdir mempertemukan hati kita.
Bukan cuma “menunggu” tapi juga berusaha menggapai takdir itu. Cie.. cie.. yang terlambat mencintai. Buruan gih sebelum terlambatmu menjadi sia-sia dan enggak ada guna.
Jogja, 28.08.2017
Komentar
Posting Komentar