Langsung ke konten utama

TERLAMBAT

Setiap orang pasti pernah terlambat, tapi jangan menyerah karena sebuah ke-terlambat-an. Terlambat datang ke suatu acara, terlambat makan, terlambat bangun, terlambat... lulus kuliah, terlambat... ah, enggak mau memikirkan terlambat-terlambat lain. Salah siapa? Kalau mau menyalahkan, salahkan diri-sendiri. Jangan mengkambinghitamkan sesuatu. Instrospeksi saja kenapa bisa ter-lam-bat.

Terlambat lulus kuliah, ada. Solusinya tergantung diri-sendiri. Kalau mau lulus kuliah, harus diraih sendiri. Iya, sendiri. By yourself. Beda dengan kelulusan SMA. Kalau dunia kuliah sama kayak dunia SMA yang lulusnya (harus) bareng dan (harus) serempak, pasti enggak ada istilah “terlambat lulus kuliah”.

Bullying, pasti dirasain banget sama seseorang yang terlambat. Apapun itu. Bisa bullying level kacang goreng sampai level Nasi Padang. Buat yang terlambat lulus kuliah, bullying bisa sekaligus dijadikan motivasi, tapi tergantung sudut pandang sih. Menerima bullying secara positif, pasti bisa jadi cambuk buat lebih usaha keras. Sebaliknya, menerima bullying secara negatif, cuma dapat sakit hati, patah arang, mutung, ngambek. Yah.. setiap orang punya pandangan yang berbeda, bahkan cara bullying tiap orang juga berbeda.

Pasti ada banyak alasan seseorang terlambat. Alibi. Membela diri-sendiri. Bagaimana dengan “terlambat” yang lain? Terlambat membayar pajak, terlambat memenuhi janji, terlambat membahagiakan diri-sendiri. Apa? Terlambat membahagiakan diri-sendiri?

Iya, terlambat membahagiakan diri-sendiri. Terlalu sibuk bekerja sampai lupa bahagia. Ah, nanti juga bisa bahagia. Sekarang kerja keras dulu, baru bahagia. Hei, bahagia itu bisa diciptakan sekarang dengan yang sederhana tanpa menunggu nanti-nanti. Bahagia itu juga bisa datang dari yang terdekat. Enggak perlu berpikir bahagia itu harus begini, harus begitu, karena bahagia itu kita yang merasakan. Kalau bisa berbagi kebahagiaan dengan orang lain, lebih baik.

Satu momen “terlambat” yang justru paling ditunggu, tapi hanya untuk orang tertentu. Terlambat datang bulan. Pasti ditunggu ‘kan? Tentu hanya pasangan sah yang bahagia dengan keterlambatan ini. Pasti rasanya suka-cita menikmati momen “terlambat” datang bulan. Sebentar lagi jadi ayah. Sebentar lagi jadi ibu.

Begitulah “terlambat”. Enggak melulu sesuatu yang negatif atau sesuatu yang memalukan. Ada juga “terlambat” yang justru sangat dinantikan. Buat yang masih available atau yang mengharapkan keterlambatan ini, momen bahagia "terlambat” datang bulang rasanya bikin baper ya.

Guru terlambat masuk kelas. Apa ini termasuk jenis “terlambat” yang ditunggu? Lebih ditunggu lagi justru kalau guru enggak datang ke kelas. Jam pelajaran kosong, bisa bebaaas. Ah, jadi kangen masa-masa sekolah...

Apa terlambat mencintaimu termasuk salah satu jenis “terlambat” yang buruk? Terlambat mencintaimu sampai takdir mempertemukan hati kita.

Bukan cuma “menunggu” tapi juga berusaha menggapai takdir itu. Cie.. cie.. yang terlambat mencintai. Buruan gih sebelum terlambatmu menjadi sia-sia dan enggak ada guna.

Jogja, 28.08.2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan