Langsung ke konten utama

NETRAL

Memang susah bersikap netral, tanpa ada kebencian atau rasa sensi lain. Apalagi kalau pernah drama sama seseorang. Bakalan makin susah bersikap netral. Selalu mikir negatif tentang dia. Apapun yang dia lakukan selalu dirasa ada cacatnya dan lebih mengedepankan marah-marah. Aku lagi berusaha buat bersikap netral. Mungkin ada yang bilang ini cuma bullshit, tapi aku hanya berusaha melihat seseorang dari sisi baik, sisi positif, bukan cuma dari sisi negatifnya.

Setiap orang pasti pernah bikin kesalahan. Enggak perlu naif. Aku juga pernah. Sangat pernah. Cuma... memang susah, sempurna melupakan sisi negatif seseorang yang bikin kita ikutan drama. Enggak semua orang begini loh ya. Aku cuma yakin pasti ada orang yang susah melupakan “drama” seseorang yang bikin kita terlibat di dalamnya.

Namanya hidup enggak sendiri, pasti pernah drama sama seseorang. Efek drama ini seringnya bikin baper. Tunggu, jangan bilang alay dulu. Kenapa tiap ada orang bilang baper, dibilang alay? Manusia ‘kan punya perasaan, wajar ‘kan baper? Kalau manusia enggak bisa baper, perlu dipertanyakan tuh perasaannya. Masih ada di tempatnya apa enggak?

Beberapa kali drama sama seseorang, pasti baper. Langsung kepikiran. Merasa sangat beruntung, alhamdulillah, baper dan kepikiran tapi enggak lama. Enggak sampai 24 jam juga. Kelamaan itu. Mungkin 30 menit pertama jadi fase baper paling akut. Setelah itu mulai lupa... dan.. hilang. Bukan lupa. Cuma tenggelam sama "drama" lain (dan enggak setiap drama bikin baper ya).

Kalau diingat lagi, bapernya juga balik lagi sih.

Kata orang yang bisa baca kepribadian, aku ini tipe yang enggak gampang maafin orang. Pendendam? Bukan! Lebih tepatnya susah maafin. Apalagi sampai sempurna melupakan. Pasti ada masa aku ingat lagi sama bapernya.

Yah.. sedikit-banyak ada benarnya juga. Aku baperan, iya. Aku melankolis, iya juga. Sisi emosionalnya lebih kuat. No body is perfect. Aku bilang begini bukan berarti pengen nunjukin kelemahan, pengen nunjukin kekurangan.

Hei, ini bukan kelemahan. Setiap orang pasti punya kepribadian yang berbeda. Apapun, itulah kamu, aku, kita. Aku bilang begini justru karena berusaha mengenal diri-sendiri. Enggak sedikit loh yang masih belum mengenal dirinya sendiri. Masih bingung memahami. Padahal yang mengerti kita ya cuma diri kita sendiri (dan Sang Pencipta tentu).

Memahami diri-sendiri justru bikin kita tahu menyikapi sesuatu, termasuk sikap menetralkan yang bagiku masih terasa susah. Sama kayak kertas, sekali diremas enggak bakal bisa balik mulus lagi. Aku tipikal orang yang sedikit-banyak sama kayak kertas itu, tapi bukan berarti aku enggak bisa memaafkan. Cuma situasi tertentu (dan juga sama orang tertentu) aku susah bersikap netral, enggak bawa-bawa sisi negatifnya, tapi aku tetap berusaha enggak cuma lihat dia dari satu sudut pandang.

Hidup itu belajar dan terus belajar, termasuk belajar buat melupakan drama yang sesekali mampir.


Sempurna melupakan mungkin susah tapi seenggaknya enggak cuma melihat seseorang dari sisi negatifnya.

Setiap orang pasti punya kebaikan dalam dirinya 'kan?

Jogja, 21.08.2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan