Langsung ke konten utama

MENGENANG

Sekelompok muda-mudi tampak tertawa berderai-derai dengan seporsi makanan siap santap. Bercerita apa saja. Dua jam mungkin menjadi waktu yang mereka butuhkan. Ah, entahlah. Enggak ada satu pun dari mereka yang menghitung berapa lama waktu yang dihabiskan untuk makan bersama diselingi derai tawa. Saat senja berganti hitam, muda-mudi ini mulai merencanakan jamuan makan.

“Mau makan di mana kita?”

Semua saling pandang. Bukan hanya satu-dua kali ini terjadi. Beruntung, biasanya ada yang menjadi pencetus ide. Entah terlalu malas memikirkan satu rekomendasi tempat makan atau ide si pencetus memang sangat brilian, tanpa menunggu lama muda-mudi ini menuju satu tempat makan. Enggak lagi saling pandang mengharap jawaban.

Masing-masing memesan. Bukan tempat makan mewah dengan menu berharga fantastis. Hanya resto kaki lima yang pas untuk ukuran kantong mahasiswa. Ada yang bilang, salah satu yang bikin kangen saat menjadi mahasiswa adalah wisata kuliner setiap malam. Ya, muda-mudi ini memang wisata kuliner. Kalau hanya makan sendirian, tentu lebih memilih warung makan rumahan, dengan menu yang juga rumahan dan harga yang benar-benar sangat mahasiswa. Standarlah. Walau resto kaki lima ini enggak memasang harga selangit, tapi cukup membuat isi dompet terkuras kalau setiap hari wisata kuliner seperti ini.

Muda-mudi itu adalah aku. Salah satunya. Dulu, sebelum masing-masing menjauh karena rutinitas yang berbeda. Atau hanya aku yang menjauh? Rasanya aku kangen menikmati momen wisata kuliner itu. Dulu, ya dulu.. hampir setiap malam aku dan teman-teman Radio Rasida wisata kuliner. Annisa Chinesse Food, kedai nasi goreng dan aneka rupa menu di depan STPMD, Pulomas, dan bla.. bla.. Aku mulai lupa nama resto kaki lima yang kami pilih, hanya saja aku masih sangat ingat momen itu. Wisata kuliner setiap malam.

Waktu itu aku belum sesibuk sekarang. Sekarang jarang kumpul bersama (atau bahkan enggak pernah sama sekali?) hanya untuk sekedar hahahihi dan diakhiri dengan makan sambil berbasa-basi. Terakhir kali wisata kuliner bareng teman-teman kapan ya? Sepertinya sudah sangat lama. Terlalu lama menikmati makan sendiri (hanya di saat jam makan ya), sepertinya membuatku lupa kapan terakhir makan bersama.

Sekarang cuma bisa menikmati kenangan. Setelah berlalu sekian waktu, hanya dengan cara seperti ini yang membuatku enggak melupakan setiap kenangan. Aku rindu waktu itu. Aku kangen makan-makan bersama teman. Aku rindu. Aku kangen.

Apa aku bisa kembali ke masa itu? Masa-masa menikmati hahahihi dengan seporsi makan malam (biasanya momen kayak gini dilakukan pas makan malam) bersama teman-teman. Memang sudah terlalu lama. Sepertinya sekarang kalau ada makan bersama, rasanya canggung. Terlalu lama sibuk dengan dunia masing-masing (atau justru aku yang terlalu sibuk sendiri?) seakan menciptakan sekat bernama "kaku", "awkward moment".

Mungkin nanti akan ada masa keinginan ini terulang lagi. Mungkin. Suatu saat nanti. Entah kapan.

Jogja, 29.08.2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan