Langsung ke konten utama

KE-SIANG-AN



Buat sebagian orang, bangun siang saat paginya enggak ada kegiatan jadi sesuatu yang musti dilakukan. Besok libur, bangun siang dong. Besok weekend, bisa bangun siang dong. Buat aku sendiri, bangun siang justru jadi sesuatu yang dilematis. Bukan bangun siang, tapi bangun ke-siang-an. Mungkin mereka yang bilang “weekend saatnya bangun siang”, semoga setelah sholat subuh di awal waktu. Kalau bangun ke-siang-an, bisa dibayangin sholat subuh jam berapa?

Bangun jam 5 pagi, masih kebagian waktu subuh walau sangat-sangat mepet, tapi bangun jam 6 pagi lebih, dapat subuh darimana? Dari Hongkong? Dilematis banget. Jadi pejuang subuh benar-benar butuh perjuangan. Allah SWT bakal ngasih pahala yang besar buat para pejuang subuh, karena banyak banget tantangannya, godaannya, dan ini.. itu.. banyak sekali.

Aku pernah bangun ke-siang-an bukan cuma sekali dua kali, tapi berlanjut berturut-turut. Begadang jangan begadang, memang enggak. Pasang alarm, iya (kadang lupa nyalain juga sih). Sangat, sangat menyebalkan alarm sudah dinyalakan sebelum adzan subuh tapi bangun ke-siang-an...

Biasanya satu kali bangun ke-siang-an, pagi berikutnya juga bakalan punya nasib sama. Sebaliknya satu kali bangun tepat waktu, alarm bunyi langsung bangun, pagi selanjutnya juga bakal bangun tepat waktu, bahkan 30 menit sebelum adzan subuh sudah bangun.

Sangat-sangat enggak enak bangun ke-siang-an. Harus segera dicari solusinya.
 
Satu cara yang simpel: tidur jangan terlalu malam. Gimana ya bilangnya? Standar sih. Jam 23.30 baru mulai tidur. Giliran ada siaran malam, jam 00.30 siap-siap tidur. Kalau tidur jam 22.00, apalagi jam 21.00, sekarang rasanya “aneh”.

Waktu SD-SMP, tidur jam 21.00 jadi kebiasaan. Sekarang? Iya sih, tidur jam 21.00, tapi jam 01.00 ke-bangun, terus enggak bisa tidur lagi sampai pagi. Bukannya tidur berkualitas, justru bikin bom waktu.

Kayaknya sejak SMA, jam tidur (mulai) berubah. Bukan lagi jam 21.00 mapan turu, tapi masih lebih well dibanding jam tidur sekarang sih. Enggak ingat masa SMA dulu berapa kali tidur di atas jam 12 malam tapi kayaknya enggak sering kayak sekarang.

Kesibukan dulu dan sekarang memang beda. Dulu belum siaran, sekarang siaran. Jelas ngaruh ke jam tidur juga. Sekarang jadi kebiasaan, ada apa enggak ada siaran malam, tidur selalu mendekati jam 23.30.

Pernah juga sebelum tidur ngomong gini, “Ya Allah.. bangunkan aku sebelum subuh. Bangunkan aku tepat alarm berbunyi pertama kali.”

Paginya... bisa bangun tepat waktu! Alhamdulillah...

Seorang teman pernah bilang, bangun pagi dan bangun tepat waktu itu challenge buat diri-sendiri. Bisa apa enggak naklukin tantangan, tentu tergantung sama usaha diri-sendiri. Challenge kayak gini memang perlu. Jangan kasih kendor!

Siaran jam 5 pagi? Salah challenge juga. Dulu pernah. September besok, kemungkinan bakal ada reshuffle jadwal siaran. Siap-siap saja dapat siaran pagi, reguler Senin – Jumat. Gimana? Siap enggak tuh?

Kamu bisa enggak? Mau nerima tantangan enggak? Apa give up gitu aja? Enggak mau menantang diri-sendiri? Flat banget kalau hidup sama sekali enggak ada tantangannya. Membosankan.

Jadi...

Siap menerima tantangan?

Ps: sebelum tidur, baca doa dulu enggak?

Jogja, 18.08.2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta...

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato...

DI BELAKANG (ADA) ANGKA DUA

Bisa dibilang aku mampir ke sini cuma di momen seperti hari ini. 16 Agustus. Ada momen spesial apa sih di 16 Agustus? Kata Sal Priadi, "...serta mulia, panjang umurnya." Hari lahir. Tahun ini aku melewati hari lahir ke-32. Wow! Ti-ga pu-luh du-a. Sama-sama di belakang ada angka dua tapi beda rasanya ya waktu hari lahir ke-22 dan hari ini. Waktu 22 tahun aku nggak merasa ada tekanan. Kayak berlalu gitu aja. Aku ingat hari lahir ke-22-ku terjadi setahun setelah KKN di Kulonprogo. Pengingatnya adalah waktu KKN aku pernah ditanya ulang tahun ke berapa. Aku jawab, "Bioskop." Twenty one alias 21. Apakah hari lahir kali ini aku merasa tertekan? Ada rasa yang membuatku khawatir tapi let it flow aja. Nggak mau jadi overthinking . Apa yang terjadi nantinya ya dihadapi dengan riang gembira lengkap dengan gedebak-gedebuk nya. Masa ulang tahun nggak ada apa-apa? Nggak mengharapkan juga sih. Nggak mengharuskan juga tapi kalo ada ya aku nikmati dan berterima kasih. Kode banget ni...