KE-SIANG-AN
18 Agustus 2017
Buat sebagian orang, bangun siang saat
paginya enggak ada kegiatan jadi sesuatu yang musti dilakukan. Besok
libur, bangun siang dong. Besok weekend, bisa bangun siang dong. Buat aku
sendiri, bangun siang justru jadi sesuatu yang dilematis. Bukan bangun siang,
tapi bangun ke-siang-an. Mungkin mereka yang bilang “weekend saatnya bangun
siang”, semoga setelah sholat subuh di awal waktu. Kalau
bangun ke-siang-an, bisa dibayangin sholat subuh jam berapa?
Bangun jam 5 pagi, masih kebagian waktu
subuh walau sangat-sangat mepet, tapi bangun jam 6 pagi lebih, dapat subuh
darimana? Dari Hongkong? Dilematis banget. Jadi pejuang subuh benar-benar butuh
perjuangan. Allah SWT bakal ngasih pahala yang besar buat para pejuang subuh,
karena banyak banget tantangannya, godaannya, dan ini.. itu.. banyak sekali.
Aku pernah bangun ke-siang-an bukan cuma sekali dua kali, tapi
berlanjut berturut-turut. Begadang jangan begadang, memang enggak. Pasang
alarm, iya (kadang lupa nyalain juga sih). Sangat, sangat menyebalkan alarm sudah dinyalakan sebelum adzan subuh tapi bangun ke-siang-an...
Biasanya satu kali bangun ke-siang-an,
pagi berikutnya juga bakalan punya nasib sama. Sebaliknya satu kali bangun
tepat waktu, alarm bunyi langsung bangun, pagi selanjutnya juga bakal bangun
tepat waktu, bahkan 30 menit sebelum adzan subuh sudah bangun.
Sangat-sangat enggak
enak bangun ke-siang-an. Harus segera dicari
solusinya.
Satu cara yang simpel: tidur jangan terlalu malam. Gimana ya
bilangnya? Standar sih. Jam 23.30 baru mulai tidur. Giliran ada siaran malam, jam 00.30 siap-siap tidur. Kalau tidur jam 22.00, apalagi jam 21.00, sekarang rasanya “aneh”.
Waktu SD-SMP, tidur jam 21.00 jadi kebiasaan. Sekarang? Iya sih, tidur jam 21.00, tapi jam 01.00 ke-bangun, terus enggak bisa tidur lagi sampai pagi. Bukannya tidur berkualitas, justru bikin bom waktu.
Waktu SD-SMP, tidur jam 21.00 jadi kebiasaan. Sekarang? Iya sih, tidur jam 21.00, tapi jam 01.00 ke-bangun, terus enggak bisa tidur lagi sampai pagi. Bukannya tidur berkualitas, justru bikin bom waktu.
Kayaknya sejak SMA, jam tidur (mulai) berubah. Bukan lagi jam 21.00 mapan turu, tapi masih lebih well dibanding jam
tidur sekarang sih. Enggak ingat masa SMA dulu berapa kali tidur di atas jam
12 malam tapi kayaknya enggak sering kayak sekarang.
Kesibukan dulu dan sekarang memang beda. Dulu belum
siaran, sekarang siaran. Jelas ngaruh ke jam tidur juga. Sekarang jadi kebiasaan, ada apa enggak ada siaran malam, tidur selalu mendekati jam 23.30.
Pernah juga sebelum tidur ngomong gini, “Ya Allah.. bangunkan aku sebelum subuh. Bangunkan aku tepat alarm berbunyi pertama kali.”
Paginya... bisa bangun tepat waktu! Alhamdulillah...
Pernah juga sebelum tidur ngomong gini, “Ya Allah.. bangunkan aku sebelum subuh. Bangunkan aku tepat alarm berbunyi pertama kali.”
Paginya... bisa bangun tepat waktu! Alhamdulillah...
Seorang teman pernah bilang, bangun pagi dan bangun tepat waktu itu challenge buat diri-sendiri. Bisa apa enggak naklukin
tantangan, tentu tergantung sama usaha diri-sendiri. Challenge kayak gini memang perlu. Jangan kasih kendor!
Siaran jam 5 pagi? Salah challenge juga. Dulu pernah. September besok, kemungkinan bakal ada reshuffle jadwal siaran. Siap-siap saja
dapat siaran pagi, reguler Senin – Jumat. Gimana? Siap enggak tuh?
Kamu bisa enggak? Mau nerima tantangan
enggak? Apa give up gitu aja? Enggak mau menantang diri-sendiri? Flat
banget kalau hidup sama sekali enggak ada tantangannya. Membosankan.
Jadi...
Siap menerima tantangan?
Jadi...
Siap menerima tantangan?
Ps: sebelum tidur, baca doa dulu enggak?
Jogja, 18.08.2017
Jogja, 18.08.2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar