Langsung ke konten utama

ADIK KECIL

Waktu memang terus berjalan. Perubahan sudah pasti datang. Aku berubah, kamu berubah. Ada orang yang enggak suka perubahan seseorang. Berubah apa dulu? Kalau baik berubah jadi rese, bikin KZL. Kalau rese berubah jadi makin rese, beuuuh... KZL tingkat dewa. Kadang aku merasa enggak pengen berubah. Bukan karena takut ngadepin perubahan, cuma... ada rasa pengen terus seperti ini. Tetap seperti ini.

Sayangnya kekuatan manusia mana pun enggak akan bisa menghentikan perubahan. Terus saja terjadi tanpa bisa dicegah. Namanya juga hidup, harus ada perubahan dong. More better begitulah. Satu perubahan yang bikin aku kangen banget, masa kecil adikku. Rasanya pengen balik ke waktu itu. Adikku yang masih bocah banget. Belum kenal apa itu malam Mingguan. Belum kenal warnain rambut macam rambut jagung. Dunia yang sangat sederhana yang aku bisa bebas menjahilinya tanpa ada perlawanan. Yah.. beda usia tujuh tahun membuat adikku hanya bisa "pasrah" waktu aku jahilin.

Dulu...

Sekarang adikku yang cowok usia 17. Adikku yang cewek usia 15. Ah, remaja. Adikku yang cowok sifatnya beda banget sama aku dan adikku yang cewek. Adikku yang cowok ini lebih realistis. Misal aku pengen beliin sesuatu buat dia, bisa jadi lebih pilih "mentah"nya a.k.a kasih langsung uangnya biar nanti beli sendiri.

Adik pertamaku ini juga suka banget kaos-kaos bergambar tengkorak, ala-ala anak punk begitulah, tapi adikku bukan anak punk kok. Adikku juga suka ngikutin apa yang lagi trend di antara teman-temannya. Wajar.. Namanya juga remaja.

Sementara adikku yang cewek punya beberapa kesamaan sifat sama aku. Sama-sama introvert, suka baca, suka komik. Kalau aku beliin sesuatu buat adikku yang cewek lebih gampang karena aku tahu seleranya.

Aku dan adikku yang cewek memang sama introvert, tapi bedanya aku lebih percaya diri, sementara adikku masih malu-malu. Jadinya introvert-nya kelihatan banget. Aku penasaran kayak apa adikku yang cewek ini di lingkaran pertemanannya. Apa jadi gadis pendiam yang enggak banyak bicara? Aku pernah ngarahin adikku yang cewek buat lebih percaya diri dan enggak malu-malu, tapi kayaknya belum ada efek apa-apa sekarang.

Beliin sesuatu buat adikku yang cowok sebenarnya gampang juga karena aku sudah tahu seleranya, cuma kalau aku yang beli kaos-kaos tengkorak ala punk... hmm... mending adikku yang beli sendiri atau beli bareng sama aku (baca: aku yang antar ke tokonya langsung).

Waktu beli tas juga gitu. Belinya bareng. Adikku yang cowok pilih sendiri tasnya. Kalau aku yang beliin dan enggak ajak adikku, bisa-bisa dia enggak suka tuh sama pilihanku, walau aku sudah berusaha nyamain selera.

Memasuki masa remaja, adikku mulai punya ruangnya sendiri. Ada sesuatu yang enggak mau diceritain sama aku atau Mamah. Adikku mulai punya rahasianya sendiri. Ada perasaan semacam enggak percaya. Adikku 17 tahun sekarang! Adikku 15 tahun sekarang! Aku bahkan masih ingat banget waktu usiaku 15 dan 17. Sekarang adikku yang ada di usia itu?

Adikku mulai jatuh cinta, mulai merasa kehilangan karena cinta. Aku lihat di Facebook-nya, ada satu postingan beraroma galau. Adikku yang cewek sepertinya masih belum.

Aku enggak punya kakak. Aku cuma punya adik. Lihat sekarang adikku mulai bertumbuh, rasanya ada sesuatu yang hilang. Yah.. aku kehilangan sosok adik kecilku. Bukan lagi bocah ingusan yang antusias aku beliin es krim. Bukan lagi bocah ingusan yang antusias aku ajakin jalan-jalan ke pantai.

Sekarang, adikku lebih memilih jalan sama teman-temannya dibanding sama kakaknya apalagi sama mamahnya. Namanya juga remaja. Pasti dianggap cupu kalau masih jalan-jalan sama mamahnya.


Ah rasanya waktu begitu cepat berlalu.

Jogja, 23.08.2017
Setelah "galau" susah log in Akademik UIN buat KRS-an...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan