Langsung ke konten utama

SESUATU 'DI SINI'



Hai Mahasiswa!

‘Masih’ menjadi mahasiswa? Ooh.. mahasiswa pascasarjana? Apa? ‘Masih’ mahasiswa strata satu? Enggak terasa sudah masuk tahun ke-6 sebagai mahasiswa yang dimulai 2011. Telat lulus, iya. Nyesek juga sama kenyataan ini, tapi ini fakta Bro. Enggak bisa nolak. Kenapa belum lulus dan belum jadi sarjana? Banyak mengulang kelas ya? Sering bolos? Bukan! Atau aktivis ya? Biasanya aktivis ‘kan paling betah jadi mahasiswa. It’s absolutely not! Terus, apa?

Belum lulus karena belum mau lulus. Bukan takut menjalani kehidupan setelah melepas status mahasiswa (yakin deh pasti enggak sedikit yang merasa ‘takut’ begini ‘kan?), tapi karena kurang motivasi diri. Ah, bilang saja M-A-L-A-S. Kasarnya begitu sih.

Kalau enggak malas, ngapain menunda-nunda? Mau sampai kapan? Skripsi itu gampang loh. Enggak seberat tesis apalagi disertasi. Gampang tapi jangan cuma dipikir. Aksi! Action! Lakukan! Jadi, ceritera-nya lagi galau skripsi? Kok klasik?

Galau skripsi, bisa jadi, tapi bukan. Ini pilihan. Saat teman satu angkatan berlomba menyelesaikan tugas akhir, bukannya termotivasi, justru santai. Lainnya lari, ini jalan. Bukan, tapi duduk. Leyeh-leyeh kayak di pantai.

Jadi kapan dong mau lari mengejar skripsi? Masa mau menunda terus? Yakin masih kebal menghadapi pertanyaan ‘kapan lulus’? (pilih pertanyaan ‘kapan lulus’/ ‘kapan kawin’?) Jawabannya: entahlah. Ooh.. ayolah! Bergerak! Apa yang kamu takutkan? Sekali lagi jawabannya: entahlah. Nikmati saja fase sekarang. Fase yang justru dirindukan mereka yang dulu pernah mengalaminya. Bukan membela diri-sendiri atau alibi apalah-apalah, tapi hidup memang perlu dinikmati ‘kan? Enggak perlu spaneng. Hei, itu artinya kamu terlalu santai. Sangat santai. Apa perlu ‘dicambuk’ dulu biar tahu rasanya sakit? Ah, lebay.

Sudah terbayang jalan skripsi nanti bakal ‘krispi’ banget (ini saja lagi dikejar deadline orderan cerpen masih sempat-sempatnya nge-blog). Renyah, nyam-nyam deh pokoknya. Mindset. Enggak mau terpengaruh sama istilah yang bikin semakin enggak mau menikmati ‘krispi’-nya skripsi. Orang lain bilang skripsi itu bakal sering dibikin ‘patah hati’ sama dosen pembimbing atawa dosbim. Harus rela nunggu berjam-jam dosbim yang sibuknya, entah kenapa, luar biasa setelah beliau jadi dosbim (sejatinya beliau memang sibuk sih). Oke, itulah skripsi. Ayo jalan!

Banyak loh yang nanyain ‘kapan lulus’, ‘pakai teori apa’, ‘sampai bab berapa’, dll, dst. Masih punya stok jawaban yang bisa menyamarkan pertanyaan itu semua? Urat malunya masih ada? Apa sudah putus dari kapan tahu?

Sejujurnya, malu juga belum lulus di tahun ke-6. Kalau ditanya malu apa enggak, malulah, tapi bukan berarti menyesali. Ini pilihan kok. Setiap orang berhak memilih pilihannya, sekalipun orang lain melihat pilihannya sangat-sangat konyol. Hei, memangnya situ yang jalanin?

Yuk, mulai bercinta dengan skripsi. Serius! Beneran. Bukan cuma pemanis tulisan di blog loh. Ayo, mulai ya. Iya, sekarang. 1.. 2..[]
Jogja, 22.10.2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan