Langsung ke konten utama

WAKTU DARI NEGERI SEBERANG

#Day_4

“Kita Islam, kita tahu ayatnya, tapi kenapa kita kalah dengan mereka yang Islam saja juga enggak?”

Entah harus greget atau apa mendengar kata-kata seorang teman itu, tapi memang ada benarnya juga. Terkadang kita lupa (atau terlalu sering lupa?) apa yang dipelajari enggak diterapkan dalam kehidupan nyata. Hanya sekedar mempelajari & menggugurkan kewajiban.

Contoh paling sederhana adalah waktu. Apa waktu bisa kembali? Ya, waktu bisa kembali asal mesin waktu telah diciptakan. Apa itu mungkin? Ya, mungkin suatu hari. Baiklah, mari berkhayal sebentar.

Jika mesin waktu memang ada, bukan ingin mengulang waktu itu, tapi hanya ingin memaksimalkan waktu yang besarnya sama buat setiap orang. Contoh yang paling sering terjadi adalah janji untuk bertemu.

Bagi sebagian orang ini sepele atau mungkin bisa dibilang enggak penting, tapi kebiasaan baik harus tetap dibiasakan ‘kan? Masih banyak yang terbiasa mengulur-ulur waktu. Sengaja datang di menit terakhir atau bahkan lewat dari waktu yang telah disepakati. Masih lebih baik datang di menit terakhir daripada sengaja menunda nanti-nanti. Lagi-lagi selalu ada pemakluman dari setiap kesalahan. Ah, kita memang terlalu baik. Kalau begini, siapa yang dirugikan?

Disiplin waktu kita dengan disiplin waktu orang-orang dari negeri seberang seperti bumi dan langit. Beberapa dari mereka ada yang bukan Islam, tapi justru menerapkan apa yang tertuang dalam kalam-kalam Langit.

Belajar dari diri-sendiri. Berikan contoh yang seharusnya. Memang enggak gampang membuat seseorang (dan diri kita) berubah. Perlu proses dan enggak sekali jadi.

Salah satu contoh yang membuat miris, keterlambatan masih kita anggap sebagai hal yang terlalu biasa. Enggak ada 'hukuman sosial'. Mereka yang terlambat pun akan menganggapnya biasa dan akan mengulangnya nanti-nanti.

Ini baru contoh kecil yang sederhananya bisa (atau bahkan sering) terjadi di dunia nyata. Bagaimana dengan contoh-contoh yang lain? Masih butuh banyak perubahan.

10.6.2016
#29HariMenulisCinta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan