Langsung ke konten utama

NABUNG

Nabung di bank apa nabung di celengan ayam? Masih bingung. Katanya, orang modern kalau nabung di bank. Keuntungan nabung di bank apa? Sebenarnya hanya beda media penyimpanan. Nabung di bank tentu lebih "aman" dibanding nabung di celengan ayam. Selama bank tempat kita nabung "baik-baik" saja, tabungan kita juga bakalan baik.

Kalau suatu saat terjadi hal urgent, misal bencana alam atau musibah, uang yang kita simpan di bank tetap aman karena nggak ikut jadi "korban". Ya, inilah keuntungan nabung di bank. Selain itu apa lagi? Entah. Aku bukan ahli perbankan. Aku hanya orang awam yang pengen punya tabungan. Rasanya sayang banget kalau nggak ada simpanan sama sekali. Seenggaknya berpikir untuk ke depannya, nggak cuma menikmati apa yang ada saat ini.

Pilihanku BNI, tapi.. entah kenapa aku masih ragu. Aku sudah berencana membuat rekening BNI. Surat keterangan mahasiswa (karena aku nggak punya KTP Jogja) sudah aku siapkan. Saat akan didata, petugas CS meminta KTM-ku yang (kebetulan) nggak aku bawa. Akhirnya, rencana kali kedua akan membuat rekening hanya sekedar rencana. Surat keterangan mahasiswa, ada. KTP, juga ada. Cuma kurang KTM. Aku bakal datang lagi besok, mungkin. Ah, entahlah.

BNI yang aku pilih Taplus. Setoran awal Rp 250 ribu dan biaya administrasi (atau apa istilahnya, aku agak lupa) Rp 10 ribu per bulan. Saldo minimum Rp 150 ribu. Walau minimum, masih bisa diambil kok uangnya, cuma.. biaya administrasi per bulan beda. Kalau nggak salah jadi Rp 15 ribu. Ini sebenarnya standar atau justru merugikan? Pilihan ada di tanganku, mau pilih BNI atau bank lain.

Alasanku memilih BNI, aku bosan dengan BRI karena aku sudah punya rekening BRI. Pengen merasakan yang beda. Aku pun memilih BNI. Masih kata petugas CS, nantinya bakal ada tiga kartu ATM pilihan; silver, gold dan platinum. Bedanya aku belum begitu tahu. Petugas CS nggak menjelaskan secara gamblang waktu aku nanya.

Oh ya, petugas CS yang bertemu denganku itu, kurang ramah. Terkesan terpaksa beramah-tamah. Mungkin dia lelah karena aku datangnya mendekati jam-jam bank tutup. Apalagi saat aku minta penjelasan tentang jenis simpanannya, dia menjawab dengan.. yah.. seperti setengah hati.[]

Jogja, 1 Juli 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan