#BroadcastParty yang seru dan berkesan banget buatku, ternyata meninggalkan luka. Acara yang begitu menarik ini, jadi nggak sepenuhnya asyik dan heboh karena ada insiden yang nggak ngenakin banget. Kamera Ojan hilang! Raib entah ke mana. Pagi itu, hari H #BroadcastParty, para panitia sibuk bukan main. Riweuh dengan jobdesk masing-masing. Setelah menjemput teman band-nya, Ojan tentu langsung check sound (dan istilah sejenisnya) buat accoustic nanti. Saat itu, Ojan masih bawa kameranya. Namanya juga diburu waktu, terlebih sebagai orang yang terjun dalam dunia broadcast (crew Rasida FM tentunya memiliki jiwa seorang broadcaster yang mengharuskan bergerak cepat), Ojan yang waktu itu sudah diburu sama Mas Vedy buat check sound, naruh kameranya begitu saja di sofa depan teatrikal perpus UIN SuKa Jogja (secara #BroadcastParty diadain di situ). Aku yakin, Mas Vedy nggak bermaksud buat bikin Ojan panik dan terburu-buru, tapi yang namanya dunia broadcast, seperti yang dikatakan Farah, crew Rasida 2012, tentu harus serba cepat dan tak-tik-tuk tepat! Cepat tapi nggak boleh ceroboh.
Setelah ganti kostum (kaos Rasida FM warna ungu kalo nggak salah, atau kemeja kotak-kotak warna kuning), Ojan langsung masuk ke teatrikal perpus dan sibuk check sound di samping stage, tempat dia dan band-nya juga Pita bakal perform. Kameranya seolah terlupakan. Bahkan Ojan nggak bilang ke siapa pun, dia naruh kamera di sofa. Seenggaknya kalo dia bilang, nitipin, pasti crew Rasida FM juga bakal ngamanin benda itu. Acara berjalan lancar. Siapa pun nggak ada yang tau perihal kamera Ojan yang ia taruh di sofa merah. Semua fokus dengan #BroadcastParty. Waktu itu, saat semua orang nggak ingat bahkan nggak tau dengan kameranya, pasti ada tangan manusia yang mengambilnya. Entah tangan siapa, wallahu'alam.
Barulah di akhir acara, Ojan ingat dengan kameranya di sofa merah. Kamera itu raib! Hilang! Nggak berbekas, nggak meninggalkan jejak. Ojan nyari-nyari, siapa tau ada salah satu crew Rasida FM yang ngamanin, hasilnya nihil. Ojan pun menanyakannya ke pihak perpustakaan. Urusannya nggak sesimpel itu. Pihak perpustakaan nggak mengamankan kamera Ojan. Tau begitu, Ojan pun segera mendatangi TU perpustakaan (atau apa namanya aku lupa) atas rekomendasi dari pihak perpustakaan. Nggak sampai di situ aja, Ojan harus mendatangi pihak keamanan yang ngurusin CCTV. Nah, melalui CCTV ini semuanya akan tampak jelas. Lihat bukti rekaman itu nggak mudah. Ribet. Bahkan pihak keamanan nggak ngebolehin Ojan buat ngelihat rekaman CCTV dengan berbagai alasan. Akhirnya Ojan menyerah dengan usahanya itu (seenggaknya dia udah berusaha) terlebih saat pihak keamanan bilang, perpustakaan terutama yang di lantai dasar, pintu masuk, nggak ada CCTV yang ngerekam. Adanya CCTV yang cuma mengintai tanpa merekam.
Bagiku ini aneh. Bukan tentang lantai dasar perpustakaan yang nggak dikasih CCTV rekaman, padahal di lantai inilah orang-orang keluar dan masuk, tapi CCTV pengintai itu yang bagiku terdengar absurd. Bayangin aja, ada CCTV tapi nggak ngerekam, cuma ngintai aja. Emang ada ya orang yang mantengin terus kamera pengintai (secara cuma ngintai doang) takut terjadi sesuatu yang nggak diinginkan? Mantengin terus lho. Lalu buat apa gunanya CCTV kalo nggak merekam tapi cuma mengintai? Entah ini hanya alasan pihak keamanan yang nggak ngizinin Ojan ngelihat rekaman CCTV atau emang CCTV itu cuma buat mengintai? Wallahu'alam.
Dugaan-dugaan pun sempat bermunculan. Terlebih ada kamera crew Rasida FM yang mengabadikan moment #BroadcastParty, bisa jadi satu petunjuk yang mengarah pada titik terang, para crew pun mendadak berubah menjadi seorang detektif yang menyelidiki kasus hilangnya kamera Ojan. Dokumentasi video yang dilakuin crew Rasida FM tentu lebih fokus pada #BroadcastParty. Hanya sesekali sofa merah itu terlihat di kamera. Bahkan beberapa kali, kamera merekam situasi di dekat sofa merah, juga memperlihatkan menit-menit kamera itu masih ada, hingga akhirnya hilang. Nggak ada satu pun yang tau kecuali Allah SWT dan pencuri itu.
Entah beruntung atau apa, saat kamera (secara nggak sengaja) merekam sofa merah itu, dengan kamera yang masih duduk tenang, salah satu crew Rasida FM ada yang nutup kamera sehingga nggak ngerekam, karena Faris dan Izky yang tengah mendapat fokus kamera, ternyata belum siap. Saat itulah, saat kamera itu tertutup sehingga nggak merekam sofa merah itu, kamera punya Ojan beralih tangan entah milik siapa. Sekarang kamera Ojan itu belum ditemukan. Bahkan mengidentifkasi pelakunya juga belum. Semua serba membingungkan. Ojan bingung, kami juga sama bingungnya. Siapa yang mengambil kamera Ojan? Padahal itu kamera bukan punya Ojan, tapi punya temannya. Rasa percaya itu ibarat sebuah kertas. Ketika kita meremas-remas kertas itu, tentu kertas itu nggak akan balik seperti semula. Iya 'kan?
Aku sih khusnudzon hubungan Ojan dengan temannya yang punya kamera itu tetap berhubungan baik. Biasanya cowok nggak riweuh dalam menghadapi suatu masalah. Nggak perlu waktu lama untuk kembali tertawa bersama. Itulah persahabatan cowok (entah semuanya begini atau nggak). Nggak perlu nyalahin pihak tertentu sih. Ojan jelas teledor dengan barangnya sendiri. Kejadian ini jadi pelajaran buat kita, untuk nggak terburu-buru yang akhirnya jadi ceroboh. Ketika nasi sudah menjadi bubur, penyesalan pun nggak ada guna. Bubur itu nggak akan kembali jadi nasi. Ambil hikmahnya saja.
Jogja, 15 April 2014
Setelah ganti kostum (kaos Rasida FM warna ungu kalo nggak salah, atau kemeja kotak-kotak warna kuning), Ojan langsung masuk ke teatrikal perpus dan sibuk check sound di samping stage, tempat dia dan band-nya juga Pita bakal perform. Kameranya seolah terlupakan. Bahkan Ojan nggak bilang ke siapa pun, dia naruh kamera di sofa. Seenggaknya kalo dia bilang, nitipin, pasti crew Rasida FM juga bakal ngamanin benda itu. Acara berjalan lancar. Siapa pun nggak ada yang tau perihal kamera Ojan yang ia taruh di sofa merah. Semua fokus dengan #BroadcastParty. Waktu itu, saat semua orang nggak ingat bahkan nggak tau dengan kameranya, pasti ada tangan manusia yang mengambilnya. Entah tangan siapa, wallahu'alam.
Barulah di akhir acara, Ojan ingat dengan kameranya di sofa merah. Kamera itu raib! Hilang! Nggak berbekas, nggak meninggalkan jejak. Ojan nyari-nyari, siapa tau ada salah satu crew Rasida FM yang ngamanin, hasilnya nihil. Ojan pun menanyakannya ke pihak perpustakaan. Urusannya nggak sesimpel itu. Pihak perpustakaan nggak mengamankan kamera Ojan. Tau begitu, Ojan pun segera mendatangi TU perpustakaan (atau apa namanya aku lupa) atas rekomendasi dari pihak perpustakaan. Nggak sampai di situ aja, Ojan harus mendatangi pihak keamanan yang ngurusin CCTV. Nah, melalui CCTV ini semuanya akan tampak jelas. Lihat bukti rekaman itu nggak mudah. Ribet. Bahkan pihak keamanan nggak ngebolehin Ojan buat ngelihat rekaman CCTV dengan berbagai alasan. Akhirnya Ojan menyerah dengan usahanya itu (seenggaknya dia udah berusaha) terlebih saat pihak keamanan bilang, perpustakaan terutama yang di lantai dasar, pintu masuk, nggak ada CCTV yang ngerekam. Adanya CCTV yang cuma mengintai tanpa merekam.
Bagiku ini aneh. Bukan tentang lantai dasar perpustakaan yang nggak dikasih CCTV rekaman, padahal di lantai inilah orang-orang keluar dan masuk, tapi CCTV pengintai itu yang bagiku terdengar absurd. Bayangin aja, ada CCTV tapi nggak ngerekam, cuma ngintai aja. Emang ada ya orang yang mantengin terus kamera pengintai (secara cuma ngintai doang) takut terjadi sesuatu yang nggak diinginkan? Mantengin terus lho. Lalu buat apa gunanya CCTV kalo nggak merekam tapi cuma mengintai? Entah ini hanya alasan pihak keamanan yang nggak ngizinin Ojan ngelihat rekaman CCTV atau emang CCTV itu cuma buat mengintai? Wallahu'alam.
Dugaan-dugaan pun sempat bermunculan. Terlebih ada kamera crew Rasida FM yang mengabadikan moment #BroadcastParty, bisa jadi satu petunjuk yang mengarah pada titik terang, para crew pun mendadak berubah menjadi seorang detektif yang menyelidiki kasus hilangnya kamera Ojan. Dokumentasi video yang dilakuin crew Rasida FM tentu lebih fokus pada #BroadcastParty. Hanya sesekali sofa merah itu terlihat di kamera. Bahkan beberapa kali, kamera merekam situasi di dekat sofa merah, juga memperlihatkan menit-menit kamera itu masih ada, hingga akhirnya hilang. Nggak ada satu pun yang tau kecuali Allah SWT dan pencuri itu.
Entah beruntung atau apa, saat kamera (secara nggak sengaja) merekam sofa merah itu, dengan kamera yang masih duduk tenang, salah satu crew Rasida FM ada yang nutup kamera sehingga nggak ngerekam, karena Faris dan Izky yang tengah mendapat fokus kamera, ternyata belum siap. Saat itulah, saat kamera itu tertutup sehingga nggak merekam sofa merah itu, kamera punya Ojan beralih tangan entah milik siapa. Sekarang kamera Ojan itu belum ditemukan. Bahkan mengidentifkasi pelakunya juga belum. Semua serba membingungkan. Ojan bingung, kami juga sama bingungnya. Siapa yang mengambil kamera Ojan? Padahal itu kamera bukan punya Ojan, tapi punya temannya. Rasa percaya itu ibarat sebuah kertas. Ketika kita meremas-remas kertas itu, tentu kertas itu nggak akan balik seperti semula. Iya 'kan?
Aku sih khusnudzon hubungan Ojan dengan temannya yang punya kamera itu tetap berhubungan baik. Biasanya cowok nggak riweuh dalam menghadapi suatu masalah. Nggak perlu waktu lama untuk kembali tertawa bersama. Itulah persahabatan cowok (entah semuanya begini atau nggak). Nggak perlu nyalahin pihak tertentu sih. Ojan jelas teledor dengan barangnya sendiri. Kejadian ini jadi pelajaran buat kita, untuk nggak terburu-buru yang akhirnya jadi ceroboh. Ketika nasi sudah menjadi bubur, penyesalan pun nggak ada guna. Bubur itu nggak akan kembali jadi nasi. Ambil hikmahnya saja.
Jogja, 15 April 2014
Komentar
Posting Komentar