Langsung ke konten utama

PUBLIC ANNOUNCER RADIO'S DAY (PARD)

Berkesan. Ilmu nambah, teman baru. Suasananya heterogen pula. Selama ini sudah terbiasa dengan suasana yang homogen. Suasana yang berbeda membuatku lebih menghargai sebuah perbedaan. Teman baru: Ajeng, Aniz (Sanata Dharma), Lily, Mala, Fakhry, Rere, Grace (MMTC), Dita, Aan (Amikom), Putri (UNY), Iyi (Mercubuana), banyak lagi deh cuma aku nggak ingat semua.



Paling berkesan adalah Talk with Announcer yang menghadirkan Arya Chandra, penyiar Swaragama FM. Seorang penyiar memang asyik ya orangnya. Komunikatif, nggak kaku, friendly, dan itulah yang Arya Chandra tunjukin. Nggak sombong orangnya.

Orang Indonesia memang terbiasa dengan jam karet. Begitu juga dengan Public Announcer Radio's Day MMTC. Acara seharusnya mulai jam 8.00 (tepat) tapi mundur jadi jam 9.30-an gara-gara peserta belum kumpul semua. Pas Arya Chandra datang, aku kira dia panitia. Aku bersikap biasa saja dan bahkan salaman trus nyebutin nama. Cuma pas Arya Chandra nyebutin nama, aku nggak begitu jelas dengarnya. Selang beberapa menit, baru aku ngeh dia Arya Chandra. Sempat menggelitik hati juga sih.

Banyak banget ilmu baru yang Arya Chandra bagiin. Aku juga sempat nanya, gimana sih biar suara kita tuh punya karakter? Nah, Arya Chandra bilang, kita harus punya role model siaran. Arya Chandra sendiri sih role model siaran dari Jak FM (Tike dan siapa gitu satunya. Cowok dan aktor berambut keriting. Selain itu juga harus berlatih, terus berlatih, dan jangan lupa direkam, biar kita tahu perkembangan suara kita.

Arya Chandra nantangin para peserta buat opening. Ada lima orang yang berani maju: aku (he he he), Bim Bim, Dandi, Putri, dan Aniz. Arya Chandra bakal nelpon salah satu dari kami saat dia lagi siaran sebagai hadiah. Siapa yang bakal ditelpon? Aku sih berharap cuma nggak sebesar sebelum aku tahu siapa pemenang lombanya.


Dulu suara Arya Chandra menye-menye, nggak kayak sekarang yang menurutku udah ada karakternya. Butuh waktu 1,5 tahun buat dia nemuin "jati diri"nya. Bukan pekerjaan yang gampang. Semua butuh proses panjang dan siap untuk lelah.

Selesai sesi dengan Arya Chandra, saatnya lomba yang dinilai oleh Anindita Rizkia (Radio Q), Renaldy Tronton, dan penyiar dari RRI Pro 2. Aku nomor urut 17. Aku sih optimis bakal sukses. Aku juga nggak ngerasa nervous. Tenang. Saat lomba pun nggak ada kendala yang berarti, cuma pas closing, aku lupa pamitan dan strategi yang aku gunain kurang oke.

Hiburannya ada stand up comedy, bazar, akustikan, dan di puncak acara, aku bukanlah pemenangnya. Overall, PARD meninggalkan kesan tersendiri buatku.
(Jogja, 1 Juli 2013)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan