Langsung ke konten utama

RASIDA PART. 1


:)

Lagi pengen cerita tentang makrab Rasida 2013 nih yang berlangsung 23-24 Maret 2013. Banyak banget kenangan disana. Aku masuk Kelompok 3 yang dinamakan Spektra, Semangat Peserta Kelompok Tiga Rasida. Nama ini aku sendiri yang buat lho. Ada beberapa nama yang aku pikirkan sih waktu itu, sebelum makrab dimulai, tapi lupa, apa saja namanya. Hi hi hi... Spektra terdiri dari aku, Akbar, Naela, Ola, dan Ida. Kita cukup kompak, walau Naela dan Ida yah... bisa dibilang nggak enjoy banget sama makrab ini. Pasalnya, you must know Insan Muda (he he he... bawa-bawa Rasida. *namanya juga lagi cerita Rasida :D), makrab 2013 Rasida diadain di... studio Rasida. Bukan di Kaliurang, Parangtritis, bumper alias bumi perkemahan, atau apalah namanya, yang seenggaknya rada jauh dari UIN SuKa. Ini di studio Rasida. Banyak yang shock sih, soalnya bayangan teman-teman memang disana-sana itu, termasuk aku. Perkiraanku sih di Kaliurang atau Parangtritis yang disana tuh dingiiin. Enak gitu buat momen-momen keakraban. Apalagi pas malamnya nyalain api unggun, duduk melingkar, trus nyanyi-nyanyi, have fun, wah... memorable banget tuh.

Aku sempet shock. Kenapa makrabnya di Rasida? Wah... PHP nih. Awalnya aku ngerasa gitu, tapi cuma bertahan beberapa menit saja, abis itu aku enjoooy banget. Pertama yang sadar makrabnya di Rasida sih Naela dan Ida.
"Nggak mungkin mindahin TV itu cepet," kata Naela. Waktu itu pas kumpul di studio SukaTV. Hmmm... apa ya namanya? Ruang kumpul gitu deh yang ada TV super gede. Aku pikir sih disana mau siap-siap buat naik bus. Mulai deh makrab Rasida 2013. Seremonial layaknya makrab, sambutan dari Rasida dan sebangsanya, trus muter video makrab Rasida 2011 juga (iya deh 2011, bukan 2012). Beda banget makrabnya. Sebelumnya makrab di tempat penginapan, semacam Kaliurang atau Parangtritis. Kebersamaannya pun berasa banget. Suasana makrabnya dapat deh. Kru Rasida angkatan senior, Mas Kamal, Mba Dias, Mba Ersa, Mba Ocha, Mas Ronny, dkk, ngumpul bareng trus kelihatan akraaab banget sama Mas Lukman cs. Akrabnya itu bikin iri. Akrab banget sih. Lihat video itu berjuta rasanya. Menggambarkan betapa eratnya tali persaudaraan dan persahabatan diantara mereka.
Sorenya, aku mandi di kost Akbar. Bisa banget sih aku mandi di kostku, tapi milih kost Akbar karena dianggap lebih dekat dari Rasida. Selesai mandi, sholat maghrib berjama'ah, tahlilan, dilanjut sholat isya berjama'ah. Imamnya Mas Vedy. Setelah itu makan malam. Menunya nggak wah banget sih, tapi alkhamdulillah kenyang. Aku makan dua porsi kayaknya. He he he... Abis, memang masih ada. Daripada dibuang sia-sia, mending aku makan. Dinner usai, saatnya pensi. Kalo di alam terbuka, pasti bikin api unggun, tapi ini nggak. Pensi di studio Rasida. Ngumpul jadi satu rame-rame. Spektra akan nampilin parodi. Ini juga dari aku ceritanya. Terinspirasi dari Naela.
"Gimana kalo bikin cerita legenda Banyuwangi?" Begitu isi pesan singkat dari gadis asal Banyuwangi itu.
Cling! Aku langsung dapet ide. Aku eksekusi deh. Aku berperan sebagai GM a.k.a General Manager, Naela as announcer, Ola as Fairy Godmother, Akbar as Yaya, dan Ida as narrator. Awalnya memang gitu, tapi Naela dan Ida yang terlanjur sakit hati dan kecewa, sudah nggak ada semangat lagi. Mereka berdua bahkan bersikap ogah-ogahan. Nggak niat banget nampilin drama.
"Bete nggak teman-teman?" Tanya Mas Vedy di tengah-tengah acara.
"Bete banget!" Naela angkat bicara.
"Bete kenapa?"
"Ini tuh makrab, bukan ospek!"
Ada emosi yang meluap dari perkataan Naela. Aku cukup memaklumi. Show must go on. Spektra harus tetep tampil. Naela saja yang ganti peran sebagai GM dan aku sebagai penyiar. Ini 'kan cerita aku sendiri yang buat, makanya di drama parodi itu aku banyak berimprovisasi. Ola paling lucu. Menghibur banget. Apalagi pas Akbar stand up comedy. Sebenarnya nggak lucu, tapi Ola yang bikin lucu. Seharusnya Ola yang ngomic, tapi dia nggak mau. Dia lucu secara natural, bukan karena tuntutan. So, pas Akbar show, aku ketawa guling-guling.
"Agus lebay," kata Doni.
Memang sih, tapi never mind. Aku harus apresiasi banget dong sama penampilan kelompokku sendiri. Comic paling lucu dan menghibur tuh dari Bima. Luuucu dan bikin ketawa renyah. Nggak garing deh.
Biasanya pas makrab gitu memang ada skenario yang dibikin. Mas Angga yang mengawali. Dia bilang kecewa banget dengan kru Rasida 2012-2013, yang nggak tahu terimakasih. Panitia sudah susah payah membuat acara, mengagendakan ini, itu, bla... bla... tapi tanggapan peserta adem-ayem dan terkesan nggak menghargai. Semua peserta terdiam. Perdebatan yang kata Mas Angga bukan skenario, tapi memang dari hatinya, curcol gitu lho, berjalan cukup lama. Akbar sampai ngangguk-ngangguk ngantuk. Aku juga ngantuk. Semuanya sama. Mas Kamal pun banyak cerita. Kru Rasida 2013 (khususnya) yang sangat kurang semangat. Nggak semuanya datang. Padahal makrab ini wajib diikuti oleh semua kru, terutama kru Rasida 2013.
"Ini tuh makrab. Pengennya senang-senang, bukan kayak gini," kata Dinda sambil terisak.
Mas Kamal berusaha menenangkan gadis dari Jombang itu. Cowok subur itu memang super deh. Walau lagi berapi-api bercerita, tapi masih bisa membagi emosinya.
"Gini saja deh. Buat yang pengen pulang, silakan pulang. Acara ini sayang kalau dijalanin setengah hati. Kasihan buat teman-teman yang semangat banget ngikut makrab. Kelihatan banget siapa saja yang semangat," kata Mas Kamal sebelum menutup pensi yang hampir selesai jam 12 malam.
Aku sedikit tersanjung mendengar kalimat Mas Kamal. Aku memang semangat banget. Awalnya sih shock tahu makrab di studio Rasida saja, tapi setelah itu aku enjoy banget. Setelah have fun dengan sedikit bumbu drama, saatnya istirahat. Cowok tidur di studio SukaTV, sementara cewek tetap di Rasida. Lagi tidur, tiba-tiba Mas Kamal matiin lampu studio. Byar! Pet! Gelap dan aku langsung terbangun. Samar-samar aku ingat Mas Kamal bilang, "Tenang saja ada lampu taman." Entah Mas Kamal bilang itu atau nggak, yang jelas aku ingat itu.
Aku nggak bisa tidur dalam kegelapan. Rasanya sesak.
"Don... Doni... tolong dong nyalain lampu. Aku nggak bisa kayak gini," kataku.
Awalnya Doni ogah-ogahan. Dia tampak asyik BBM-an. Akhirnya Doni nyalain lampu juga setelah aku sedikit memaksa.
"Jangan kesana-sana ya. Hati-hati," pesan Mba Emma sambil menunjuk ke barat.
Ini nih yang bikin aku rada parno, nggak berani nyalain lampu studio yang sakelarnya ada di dekat pintu. Mba Emma sih. Apa maksudnya coba?
Cowok yang tidur di studio SukaTV cuma kru Rasida 2013, sementara panitia cowok kayaknya sih di ruang produksi. Setelah lampu nyala, baru deh aku bisa tidur dengan nyaman. Akbar, Bima, dan Toni benar-benar enjoy banget tidur malam itu. Apalagi Akbar, nyenyaaak banget.
Aku bangun tidur sekitar jam 3.30, mungkin. Rada-rada lupa. Cuci muka, wudhu, sholat subuh, trus persiapan buat agenda selanjutnya. Naela sudah mulai tenang. Ida sih bilangnya semalam lagi kurang enak badan, jadi bersikap acuh gitu. Katanya kalau telat makan, efeknya bakal pusing. Semua handphone dititipin ke panitia sebelum memulai agenda hari kedua ini. Peserta masih lengkap. Nggak ada yang menuruti perkataan Mas Kamal semalam. Syukurlah.
Memorable banget deh makrab Rasida 2013. Agenda hari kedua aku sambung di edisi selanjutnya ya. He he he... :D ;) Bersambung dulu ceritanya. :) (Yogya, 11 Mei 2013)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan