Langsung ke konten utama

AKU BISA!



Siaran hari ini aku nggak merasa pede. Nggak nyaman. Pertama, materi yang aku sampaikan nggak mendalam. Ngambang gitu. Obrolannya pun berasa garing. Kedua, ada Mas Jay dan Mba Desi, kru Rasida 2011 yang sekarang jadi penyiar di Star Jogja. Semakin nggak nyaman. Bukan mereka yang bikin nggak nyaman, tapi justru kehadiran mereka membuat apa yang tampilkan jadi nggak maksimal. Aku grogi. Semua yang aku sampaikan jadi belibet. Nggak ada irama yang enak sama sekali. Sungguh, aku menyesali sikapku tadi. Seharusnya aku nggak grogi. Seharusnya aku tenang dan menunjukkan yang terbaik semampuku. Bukan malah grogi dan buyar gitu.

Apalagi Mas Jay pas masuk tadi sengaja bikin kepercayaan diriku goyah. Beberapa kali tadi apa yang aku omongin jadi belibet. Itu membuat Mas Jay semakin jumawa meledek. Apalagi ditambah tawa dari Toni, tawa yang merendahkan. Seketika kepercayaan diri yang aku bangun roboh bak gedung tertinggi berguncang karena gempa. Maluuu banget. Aku nggak maksimal. Aku menunjukkan diri yang nggak bisa, bukan sebaliknya. Mba Desi nggak komen-komen apa. Bukan berarti Mba Desi bersikap biasa saja. Ada tawa meledek disana. Walaupun begitu, Mba Desi nggak bilang secara langsung. Beda dengan Mas Jay yang bikin Toni juga ikut-ikutan. Mba Desi lebih menjaga perasaan seseorang. Poin plus buat Mba Desi.
"Ngomongnya jangan muter-muter gitu dong Gus," kata Mas Jay.
Memang benar apa yang dikatakan Mas Jay. Closing siaranku hari ini nggak maksimal. Berputar-putar. Apalagi ditambah dengan suaraku yang nggak nge-bass. Semakin lengkap kekurangan yang aku tunjukkan sore itu. Tambahan, Rasida lagi kedatangan banyak orang buat nobar film "Asa-isme" karya Mas Vedy. Ada teman Mas Vedy yang pengen dengar aku siaran pula. Haduuuh... semakin pontang-panting rasa percaya diriku.
Kejadian yang memalukan, menjengkelkan, menyebalkan, dan perasaan nggak enak lainnya ini nggak boleh terjadi lagi. Cukup sekali! Cukup sekali saja! Nggak ada lagi grogi saat disaksikan banyak orang. Siaran memang tercipta untuk didengar banyak orang. Penilaian ada di tangan pendengar. Aku harus menerima kritikan, penilaian, apapun itu dengan hati yang lapang dan berusaha untuk memperbaiki segala kekurangan.
Aku harus tetap percaya diri dan menunjukkan inilah aku. Aku pasti bisa! Ya, aku pasti bisa! Soal suaraku yang belum nge-bass, aku pasti bisa merubahnya! Pasti! Aku yakin bisa! Pasti bisa! Akan aku tunjukkan pada orang-orang yang telah menertawakanku, merendahkanku, bahwa aku bisa! Demi mimpiku, salah satu mimpiku menjadi penyiar radio1. Ya, aku bisa! Bisa! Bisa! Ganbatte. \(^ ^)/ (Yogya, 14 Mei 2013)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan