Langsung ke konten utama

Sunday Night Story

Malam Minggu ini nonton film gratis di Bioskop Kalijaga. Keren-keren filmnya. Jujur, menurutku JCM masih kalah jauh dibanding mereka. Iri, iri banget sama mereka yang bikin film indie sebagus itu. Ada Rainbow Cake dari AKRB, Just an Indigo (Ciko UMY), Daun Pisang 3 (dari kine mana ya? Lupa euy), film dokumenter tentang sosok Ibu dari UKDW a.k.a Universitas Kristen Duta Wacana, terus apalagi ya? Oh ya film Lepas dari Ciko UMY. Ceritanya tuh ibarat cerpen, teenlit banget. Tapi endingnya dapet banget deh. Cinta yang terpendam selama 6 tahun, akhirnya nggak menyatu dan si cewek lebih memilih untuk menikah dengan cowok lain. Emang bener sih apa yang dikatain cewek itu. Walau nggak bisa memiliki, tapi jika perasaan yang membebani hati udah tersampaikan, rasanya plong banget.

Jujur, semuanya tuh keren banget. Salut aku sama mereka. Apalagi menurut pengakuan mereka, itu adalah film pertama. Aku harus bilang wow nih. Film pertama tapi cetarrr membahana kayak gitu? Kereeen.
Just an Indigo dan Daun Pisang 3 bikin aku sport jantung. Horor gitu deh filmnya. Just an Indigo nyeritain seorang anak yang punya kemampuan khusus bisa melihat makhluk kasat mata, bisa menerawang masa depan, atau lebih dikenal dengan sebuatan anak Indigo. Ini film beneran ngagetin pake banget. Hantu yang nongol sih nggak serem ya, tapi sound-nya itu yang sukses bikin penonton Bioskop Kalijaga teriak-teriak kaget. Aku padahal anti banget sama yang namanya film horor. Anti tapi penasaran. Ha ha ha...
Daun Pisang 3 ada Kuntilanak dan Pocong gitu deh. Sesuai dengan judulnya yang pake angka 3, itu film emang film ketiga dari rangkaian seri Daun Pisang. Mau ngalah-ngalahin Cinta Fitri kali ya? Atau kalo mau lebih jadul lagi, ngalah-ngalahin Tersanjung.
Tersanjung, aku jadi inget sinetron stripping itu. Dulu diputer di Indosiar. Gila, ceritanya tuh terus berkembang dengan antagonis yang bikin geregetan. Lebih geregetan dari Sherina deh. Ceritanya tuh panjaaang banget. Dari si tokoh remaja, nikah, punya anak, punya cucu. Dan setahuku saat itu, ya zaman aku kelas 1 atau 2 SD, belum ada sinetron stripping selain Tersanjung itu. Sekarang sih hampir semua sinetron pake stripping. Ngebosenin banget. Bisa nggak sih bikin sinetron yang bukan stripping? Saking seringnya tayang, sinetron Indonesia kebanyakan cuma ngandelin hiburannya doang tanpa ada edukasinya. Miris banget.
Nah, Kompas TV nih kayaknya peduli dengan dunia persinetronan Indonesia. Katanya sih Kompas TV mau bikin sinetron yang nggak cuma ngehibur, tapi juga ada edukasinya. Bagus deh. Aku kangen banget sama sinetron yang begituan.
Kompas TV itu sebenernya TV lokal bukan ya? Maksudku TV yang emang jarang banget iklannya. Nggak sekomersil Indosiar dan kawan-kawannyalah. Tapi kok tetep hidup ya TV itu? Hmmm... nggak heran juga sih. Kompas kan milik Gramedia. Tahu sendiri kan kayak gimana Gramedia itu? Mulai dari penerbit, toko buku, punya banyak jaringan media sendiri. Keren deh.
Loncat ah ke cerita latihan vokal atau latihan siaran Rasida hari ini. Selalu dan selalu tiap kali latihan bawaannya seruuu banget. Penuh tawa dan kekeluargaan banget. Aku jadi kangen deh dengan suasana seperti itu. Kangen banget. Asyik sih.
Setelah kemarin aku di Kelompok 1 dengan mentor Dupi dan Imas, sekarang aku ada di Kelompok 2 dengan mentor Dinda. Kali ini lebih fokus ke job desk masing-masing, penyiar ya penyiar, reporter ya reporter. Kandidat penyiar, gila! banyak beuuud. Reporter cuma 3. Mba Rara aja sampe promosiin siapa yang mau gabung di reporter. Aku sih tetep ke announcer. Asyik aja jadi seorang penyiar. Aku emang suka mengeksplor kata-kata. Makanya, announcer is my passion, salah satunya. Tadi tuh Doni mojok-mojokin aku supaya pindah ke reporter. Apa maksudnya coba? Padahal dia udah tahu kalo passion-ku tuh di penyiar. Gaje banget deh si Doni.
Latihan vokal hari ini nggak dihadiri sama semuanya. Banyak yang nggak dateng. Fullo yang hari Selasa datang, hari ini nggak dateng. Arik, Fredy juga. Banyak sih yang nggak dateng. Jeje, Uchy, Dede. Kenapa nggak dateng ya? Padahal manfaat banget. Nyesel deh kalo nggak dateng. Ini ciyus lho.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan