Langsung ke konten utama

Sosok Itu

Dimuat Story edisi 37, 25 September - 24 Oktober 2012

SOSOK ITU

            Andrew setengah percaya setengah nggak sama yang namanya cerita hantu. Karena Andrew sendiri belum pernah –dan nggak akan pernah- tatap muka sama yang namanya hantu. Andrew tahu bahwa manusia adalah makhluk paling sempurna ciptaan Tuhan daripada makhluk lainnya. Nggak sepantasnya Andrew takut sama yang namanya hantu. Andrew cuma takut dengan Yang Satu, Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai manusia yang masih mempunyai rasa takut, Andrew kadang takut dengan sosok yang rata-rata tampangnya menyeramkan itu. Jarang banget deh hantu yang tampangnya kayak model L-Men atau Putri Indonesia. Dan kali ini Andrew benar-benar ketakutan sendiri. Pasalnya Rini bercerita bahwa kemarin ia melihat Andrew di sekolah. Padahal hari itu Andrew nggak masuk sekolah karena demam.

            “Yang benar Rin?” kata Andrew setengah nggak percaya.
            “Iya Ndrew. Aku lihat kamu masuk ruang OSIS tiga puluh menit sebelum rapat rutin OSIS kita dimulai. Tapi pas rapat berlangsung, aku nggak lihat batang hidung kamu. Aku benar-benar nggak tahu kalau kamu hari itu nggak masuk sekolah karena demam,” kata Rini.
            “Kamu jangan membuatku takut Rin,” kata Andrew.
            “Aku nggak ada niat untuk menakut-nakuti. Aku cuma ngerasa aneh aja,”
            “Ntar malam jadi OSIS nginap di sekolah?” kata Andrew mengalihkan topik pembicaraan.
            “Ya jadi donk. Khan buat persiapan bulan bahasa yang besok pagi akan digelar. OSIS ntar malam lembur,”
            “Semoga nggak terjadi hal-hal aneh ya Rin ntar malam,”
            “Amiiin,” kata Rini mengamini.
            Apa yang Rini ceritakan itu terus terang membuat nyali Andrew mengkeret. Andrew udah berusaha ngilangin rasa takut itu tapi tetap saja datang lagi datang lagi. Cuaca siang itu panas. Matahari bersinar terang. Andrew bertelanjang dada sambil main playstation di ruang keluarga. Rumah sepi. Ayah masih di kantor. Bunda lagi di rumah Bibi Anna yang baru saja melahirkan anak pertamanya. Dan Kak Andi masih di kampus. Jam di dinding menunjuk pada angka 4. Tiba-tiba Andrew mendengar sebuah suara, “Druk.. druk..” dari kamar Ayah dan Bunda. Andrew penasaran. Suara itu jelas terdengar dari kamar Ayah dan Bunda yang letaknya nggak jauh dari ruang keluarga. Andrew mendekatkan daun telinganya ke pintu kamar.
            “Druk.. druk..” sangat jelas terdengar.
Siapa di dalam? Suara apa itu? Tiba-tiba bulu kuduk Andrew meremang. Mungkinkah? Masa sih sore-sore kayak gini? Andrew menepis jauh-jauh pikiran negatif yang tiba-tiba merasuki otaknya. Andrew hanya takut sama Tuhan. Sambil membaca doa, Andrew membuka pintu kamar Ayah dan Bunda.
            “Kreeek..” pintu perlahan-lahan terbuka.
Ini hal yang nggak biasa. Kamar Ayah dan Bunda terlihat remang-remang. Padahal ini baru jam 4 sore. Dan Andrew kaget dengan sosok yang dilihatnya. Amat sangat kaget. Andrew melihat tiga sosok pocong di kamar Ayah dan Bundanya. Jantung Andrew seolah berhenti berdetak. Bulu kuduk Andrew berdiri tegak. Namun akal sehat Andrew masih bekerja. Ia percaya Tuhan ada disampingnya. Andrew yakin tiga sosok pocong itu adalah iblis yang berusaha mengikis Iman di hatinya. Andrew menguatkan hati. Kelak juga dirinya akan dibungkus kain kafan seperti apa yang ia lihat sekarang. Tapi nggak gentayangan. Arwah para manusia nggak ada yang jadi hantu. Semuanya berkumpul di Padang Mashar menunggu Hari Akhir tiba. Dan sosok-sosok hantu yang sering manusia lihat adalah jelmaan iblis yang laknat.
            “Sssiapa kalian?” tanya Andrew gemetar juga. Seumur-umur baru kali ini ia ketemu hantu. Hening. Tak ada jawaban.
            “Kenapa kalian diam saja?” kata Andrew mulai bisa menenangkan hatinya. Sekali lagi Andrew menancapkan kuat-kuat di otaknya bahwa pocong yang sekarang ada dihadapannya adalah jelmaan iblis yang akan menjerumuskan anak Adam dan Hawa masuk ke lembah dosa. Keberanian yang ada di diri Andrew bangkit. Tanpa ba-bi-bu Andrew langsung menerjang salah satu dari tiga sosok pocong itu.
            “Bruuukkk!!” Andrew dan salah satu pocok itu terhempas ke tempat tidur Ayah dan Bundanya yang empuk. Saat tubuh Andrew ada diatas tubuh si pocong, Andrew merasakan ada sesuatu yang keras dibalik kain kafan putih itu. Seakan begitu kain kafan dibuka maka akan terlihat tulang belulang si pocong.
            “Teeet..” suara klakson mobil Ayah terdengar di halaman rumah.
Andrew membuaka matanya. Melihat sekeliling. Final Fantasy yang tadi dimainkannya udah game over. Ayah pulang dari kerja. Andrew segera menyongsong kepulangan Ayahnya. Lalu mencium punggung tangan pria paling hebat itu.
            “Kamu belum mandi Ndrew?” tanya Ayah.
            “Belum Yah,” jawab Andrew sambil berpikir.
Kejadian tadi apakah hanya mimpi? Terasa nyata sekali. Andrew melihat jam di dinding. Jam 5.15. Andrew belum sholat ashar. Lirih ia menyebut asma-Mu. Pertemuannya dengan tiga pocong barusan –entah mimpi atau kenyataan- mungkin adalah peringatan dari Yang Maha Kuasa agar Andrew nggak melalaikan kewajibannya sebagai umat Islam. Ya pasti itu arti dari semua yang terjadi barusan. Andrew lalu bergegas mengambil air wudhu.

*

            “Apa ini nggak terlalu kemalaman Ndrew?” tanya Bunda sesaat sebelum Andrew pergi ke sekolah untuk lembur acara bulan bahasa yang akan dilaksanakan besok pagi.
            “Nggak koq Bun,” jawab Andrew.
            “Katanya kamu janjian kumpul di sekolah jam 7? Ini udah jam 8 lho Ndrew,” kata Ayah menimpali.
            “Andrew yakin Yah teman-teman Andrew belum datang semua. Biasa Yah budaya jam karet. Andrew nggak mau sampai disana tapi teman-teman belum pada datang. Jadi mending berangkatnya jam segini,”
            “Jangan bohong lho Ndrew. Alasan ada kegiatan malam di sekolah nyatanya malah ngelayab,” kata Kak Andi.
            “Kalau Kakak nggak percaya, lihat aja sendiri di sekolah,” kata Andrew.
Revo merah hadiah ulang tahun Andrew kemarin perlahan-lahan mulai melaju setelah Andrew mencium punggung tangan Ayah dan Bundanya. Sampai di sekolah ternyata dugaan Andrew salah. Sudah banyak pengurus OSIS yang datang dan sibuk mendekorasi ruangan tempat bulan bahasa akan dilaksanakan. Andrew telat.
            “Andrew kamu tahu waktu nggak sih?” tanya Adzam tiba-tiba.
            “Maaf.. maaf.. Dzam aku telat,” kata Andrew sambil meringis.
            “Ontime donk Ndrew! Kita udah sibuk dari jam 7. Kamu malah baru datang jam 8,”
            “Iya maaf.. maafin aku Pak Ketua OSIS,” kata Andrew masih bisa bercanda.
            “Sekarang kamu bantuin kita gih!”
            “Siap bos,”
Andrew bergegas menuju tempat yang dimaksud. Sesampainya di tempat itu mata Andrew segera tertuju pada Rini yang sedang mewarnai balok-balok alfabet.
            “Rin tadi aku ngalamin kejadian aneh,” kata Andrew.
            “Kejadian aneh apa maksudmu?” tanya Rini sambil menghentikan pekerjaannya.
            “Aku ketemu tiga pocong,”
            “Apa? Tiga pocong?” kata Rini kaget.
            “Kayak mimpi gitu. Tapi terasa nyata banget Rin,”
            “Mimpi?”
            “Ya begitulah. Mungkin itu peringatan dari Tuhan agar aku nggak lalai menjalankan kewajibanku,”
Tanpa terasa sudah pukul 10.30 malam. Pekerjaan masih belum selesai. Semua terlihat serius dengan pekerjaan masing-masing. Tiba-tiba suara jeritan Marisa mengagetkan semuanya. Marisa terlihat sangat ketakutan. Semuanya langsung mendekati Marisa.
            “Ada apa Sa?” tanya Adzam. Air mata Marisa mengalir deras.
            “Marisa..” panggil Kayla.
Marisa tetap nggak bicara apa-apa. Malahan air matanya semakin deras mengalir.
            “Mungkin Marisa melihat sesuatu,” kata Rini.
            “Aku.. aku.. melihat sesuatu yang.. sesuatu yang.. ganjil,” kata Marisa disela-sela isak tangisnya.
            “Sesuatu yang ganjil?” tanya Kayla.
            “Aku.. aku.. Apa kalian nggak melihatnya?” kata Marisa dengan suara gemetar.
            “Apa Sa? Lihat apa?” kata Andrew.
            “Di.. di depan kelas XII IPA. Di depan kelas XII IPA,” kata Marisa lirih.
Semua serentak melihat kearah yang ditunjuk Marisa. Nggak ada sesuatu yang ganjil.
            “Aku nggak lihat apa-apa Sa,” kata Adzam.
            “Aku juga Sa. Emang kamu lihat apa sih?” kata Kayla.
Andrew nggak percaya dengan apa yang dilihatnya. Andrew melihat sesuatu yang ganjil seperti apa yang barusan Marisa lihat. Dengan jelas Andrew melihat sosok terbungkus kain kafan putih melayang-melayang di depan kelas XII IPA. Sosok yang lebih dikenal dengan sebutan pocong. Apakah ini mimpi lagi?

-sekian-

Minggu, 4 Juli 2010

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan