Langsung ke konten utama

Behind The Story: Mudik

Mudik menjelang pergantian tahun. Beberapa cobaan turut menemani. Pertama, ban bocor sebelum aku mudik. Hari Minggu, bengkel terdekat dengan kost-ku tutup. Sempet bingung juga. Gimana nih? Untungnya Doni mau bantuin aku. Doni nyari bengkel yang buka dan akhirnya ketemu. Fiuuuh... alkhamdulillah. Kali ini aku makasih banget sama dia. Kedua, mudik terlalu sore. Manusia memang hanya bisa merencanakan, Tuhan yang menentukan. Rencana awal sih mudik jam 1 siang gitu, tapi Live Class Rasida yang cetarrr membahana bareng Lukman Haswara molor sampai hampir jam 3 sore gitu. Buat ujian anak Semester Lima sih. Mudik kesorean, hujan pula. Hujan itu berkah, tapi kalau aku boleh request, hujannya turun pas aku udah di rumah.
Penyebab bannya bocor tentu aku tahu, tapi masih pakai kemungkinan. Mungkin karena aku ngeboncengin Dede. Kita berdua sama-sama big size. Berada dalam satu motor matic. Wow! Kerja keras banget kan si Beat? Aku sih diem aja. Nggak bilang ke Dede kalau kebocoran ban Beat gara-gara dia. Aku nggak bakal setega itu kali. Lagian dari raut wajahnya, aku kira Dede udah ngerasa sendiri.
Kemarin aku udah nggak ada uang buat mudik. Pinjam Mardha Rp 20 ribu, pinjem Dede Rp 30 ribu. Pas mudik, aku nganterin Dede ke kontrakannya dulu di depan Edu Hostel. Lumayan lama juga. Lalu lintas padat merayap pula. Beberapa menit kemudian, sampai juga aku di depan Edu Hostel. Nah, setelah Dede kembali ke kontrakan, aku tancap gas ke Kebumen. Otomatis hanya ada aku dan Beat. Itu terasaaa banget perbedaannya. Pas ngeboncengin Dede, berasa berisi banget Beat-nya. Gitu aku sendiri, mendadak kayak ringaaan banget. Aku aja sampai ngira bannya bocor (lagi). Oh tidak!
Mudik di tengah hujan lancar-lancar aja sih, tapi aku basah kuyup (nggak terlalu kuyup sih) walau udah pakai jas hujan. Tasku juga basah. Alkhamdulillah netbook-ku nggak rusak. Kemarin tuh bisa dibilang aku ngebut bawa Beat. Aku benar-benar ngejar waktu banget. Pengennya sebelum jam 8 malam aku udah ada di rumah. Pas sore, kan remang-remang gitu, aku susah lihat jalannya. Susah lihat ada lubang jalan atau nggak. Kemarin sempat rada parah ngelewatin lubang jalannya. Bikin trauma sama jalan berlubang. Resiko pulang saat mentari kembali tidur sih. Itu kali ya yang bikin knalpot Beat retak dikit.
Selama perjalanan kemarin, motor-mobil-truk-bus yang lewat dari arah berlawanan selalu pakai lampu jauh. Bikin silau orang yang lewat berlawanan dengan mereka. Bikin susah lihat jalannya. Nggak lagi-lagi deh maksain mudik pas gelap. Terlalu banyak resiko.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan