Kamis, 27 Desember 2012, aku gelisah. Kuliah Periklanan di teatrikal Dakwah belum juga selesai. Waktu semakin merangkak naik dan aku belum sholat ashar! Mulai kuliah jam 3 sore dan aku nggak sholat dulu. Kuliah masih berjalan masih lumayan lama pula. Kuliah terakhir, ngebahas iklan-iklan yang udah di produksi. Aku sempet nggak pede dengan iklan produksi kelompokku. Soalnya setting salah banget. Iklan nanam pohon, seharusnya di tempat yang tandus. Waktu pembahasan bener-bener nggak kepikiran sampe situ. Trus kata Bu Elis, iklan itu belum jleb banget, belum mengena. Bener-bener sempat bikin aku nggak pede. Komen juri gimana ya? Gimana ya? Gimana ya? Iklan produksi kelompokku diputar pas akhir-akhir gitu. Komen yang diberikan Om Surya, pekerja iklan yang memproduksi iklan 76 dan seabrek iklan keren lain, nggak pedesss. Standar. Kata Om Surya, harus lebih banyak belajar tentang fotografi atau apa, gitu. Aku rada lupa. Tentang angle gitu deh. Trus Om Surya bilang, setting banyak rerumputan, mungkin itu penggambaran untuk sejuta kehidupan. Tagline iklan kelompokku kan "Satu Pohon Sejuta Kehidupan". Iya juga ya. Bener apa kata Om Surya. Fiuuuh... untunglah nggak pedesss komennya. Standar. Masukan yang bermanfaat.
Selesai kuliah, ada agenda Pengukuhan JCM. Sebenernya yang bikin aku gelisah pas kuliah Periklanan, bukan karena keburu waktu buat berangkat ke Pengukuhan JCM, tapi karena aku belum sholat ashar. Padahal waktu semakin merangkak menuju maghrib. Selesai sholat, aku siap-siap buat ke lokasi Pengukuhan JCM. Aku, Mawar, Indah, Fath, Indra, dan Busyro, berangkat ke lokasi Pengukuhan JCM nyusul. Nggak bareng-bareng semuanya. Nah, saat itulah aku mulai kesasar. Bukan kesasar sih, tapi aku ketinggalan. Pas berangkat, di gerbang UIN, Indah tiba-tiba berhenti. Kata Mawar, nunggu Silvi 5 menit lagi. Aku udah terlanjur tancap gas, di depanku ada bus. Aku nggak bisa putar balik. Sempet bingung juga. Akhirnya aku putar balik lewat UIN Barat. Harapanku sih Mawar dkk masih di depan gerbang UIN. Ternyata, mereka udah pergi. Aku pun segera kirim SMS ke Fath. Lamaaa banget balesnya.
"Aku di Toko Merah, Gus," kata Fath di layar ponselku.
Toko merah? Dimana itu? Trus Fath bilang di Moses. Ah, aku tahu dimana Moses. Aku pun segera tancap gas kesana. Ternyata, Fath nggak ada juga. Aku terus tancap gas hingga depan Toko Buku Togamas, Gejayan. Disana aku bingung lagi. Fath dkk dimana? SMS-ku lamaaa banget dibalesnya. Aku SMS Silvi deh. Dia dan Fajar juga berangkat belakangan, nggak bareng sama Fath dkk. Ini juga masalahnya sama, Silvi lamaaa banget ngerespon SMS-ku.
Setelah menanti nggak jelas, maghrib semakin merangkak menuju isya, akhirnya aku ketemu Silvi dan Fajar di Terminal Condongcatur. Itu pun setelah aku puter-puter kesana kemari kebingungan. Saat perjalanan, aku berusaha mengimbangi kecepatan Fajar. Aku nggak mau ketinggalan. Kalo ketinggalan, ah bisa berabe. Perjalananku bareng mereka juga nggak semulus yang aku kira. Silvi dan Fajar juga nggak paham dimana shelter Merapi, lokasi Pengukuhan JCM 2012. Bedanya, seenggak ngertinya mereka, masih lebih mending daripada aku. Mereka nggak ngerti lokasinya, tapi mereka tahu jalan-jalan menuju kesana. Setelah puter-puter juga, kali ini minus kebingungan lebay, akhirnya sampai di lokasi setelah sebelumnya Mumtaz ngejemput kita di tugu selamat datang (apa pos ronda ya? Rada lupa).
Tempat pengukuhan nggak terlalu buruk. Kamar mandi, tempat tidur, aula, masih lebih baik daripada Workshop JCM 2012 di Desa Pakem. Posisiku di pengukuhan ini sebagai Seksi Keamanan. Aku harus tetep stay di tempat nginap semuanya, baik calon anggota JCM, panitia, maupun senior. Seksi Keamanan itu nggak jelas siapa aja anggotanya. Yang aku tahu cuma aku aja. Mas Dhim, seingetku juga jadi Seksi Keamanan, tapi aku ragu. Soalnya dari angkatan 2010 kayaknya nggak ada yang jadi panitia. Semua panitia dari angkatan 2011 dan beberapa dari angkatan 2012.
Saat screening, aku tetep stay di lokasi penginapan. Mupeng pengen ngikut jalannya screening dan keseruannya. Jam 11 malem atau jam 10-an gitu, akhirnya aku bisa ngikutin screening setelah aku bilang ke Mas Bayu buat nemenin Rahmat stay di lokasi penginapan.
Sama seperti tahun lalu, skenario juga sengaja dibikin. Skenario buat nyiptain ketegangan. Screening selesai sekitar jam 2 dinihari gitu. Ini bener-bener gila! Hampir semalaman kita semua nggak tidur, hanya terkantuk-kantuk doang.
Jam 3 saatnya inti acara. JCM 2012 digembleng secara fisik dan mental. Khas Pramuka dan PMR pas aku aliyah dulu deh. Aku nggak ikut. Sebagai Seksi Keamanan, aku harus tetep stay di lokasi penginapan. Hanya aku. Lainnya ke lokasi penggemblengan. Bahkan Mawar yang aku kira bakal tetep stay di lokasi penginapan, nemenin Veve yang alergi dingin, ternyata ke lokasi penggemblengan juga. Katanya dia dibutuhin banget disana. Lagian kalo dipikir, siapa sih yang mau ngelewatin momen itu? Aku juga sebenernya nggak mau ngelewatin momen itu, tapi mau gimana lagi.
Di Pengukuhan JCM 2012 itu aku merasa istimewa. Ya, istimewa karena apa-apa yang harus aku lakuin seolah mendapat sebuah keistimewaan. Seksi Keamanan, nggak terlalu ngoyo. Aku bahkan bisa ngikutin jalannya screening walau nggak dari awal. Bahkan pas penggemblengan, aku nggak diikutsertakan. Nggak apa juga sih. Aku jadi bisa manfaatin kesempatan itu buat tidur sementara yang lain teriak-teriak. Walau bisa tidur, tapi tetep aja nggak bisa tidur dengan nyaman. Nggak ada kasur, nggak ada bantal, nggak ada yang bisa dipeluk (he he he :P), dingin pula.
Jam 9 pagi, pulang ke rumah masing-masing. Semaleman bisa dibilang kurang banget tidurnya. Mataku pedess pengen merem setelah itu.
Selesai kuliah, ada agenda Pengukuhan JCM. Sebenernya yang bikin aku gelisah pas kuliah Periklanan, bukan karena keburu waktu buat berangkat ke Pengukuhan JCM, tapi karena aku belum sholat ashar. Padahal waktu semakin merangkak menuju maghrib. Selesai sholat, aku siap-siap buat ke lokasi Pengukuhan JCM. Aku, Mawar, Indah, Fath, Indra, dan Busyro, berangkat ke lokasi Pengukuhan JCM nyusul. Nggak bareng-bareng semuanya. Nah, saat itulah aku mulai kesasar. Bukan kesasar sih, tapi aku ketinggalan. Pas berangkat, di gerbang UIN, Indah tiba-tiba berhenti. Kata Mawar, nunggu Silvi 5 menit lagi. Aku udah terlanjur tancap gas, di depanku ada bus. Aku nggak bisa putar balik. Sempet bingung juga. Akhirnya aku putar balik lewat UIN Barat. Harapanku sih Mawar dkk masih di depan gerbang UIN. Ternyata, mereka udah pergi. Aku pun segera kirim SMS ke Fath. Lamaaa banget balesnya.
"Aku di Toko Merah, Gus," kata Fath di layar ponselku.
Toko merah? Dimana itu? Trus Fath bilang di Moses. Ah, aku tahu dimana Moses. Aku pun segera tancap gas kesana. Ternyata, Fath nggak ada juga. Aku terus tancap gas hingga depan Toko Buku Togamas, Gejayan. Disana aku bingung lagi. Fath dkk dimana? SMS-ku lamaaa banget dibalesnya. Aku SMS Silvi deh. Dia dan Fajar juga berangkat belakangan, nggak bareng sama Fath dkk. Ini juga masalahnya sama, Silvi lamaaa banget ngerespon SMS-ku.
Setelah menanti nggak jelas, maghrib semakin merangkak menuju isya, akhirnya aku ketemu Silvi dan Fajar di Terminal Condongcatur. Itu pun setelah aku puter-puter kesana kemari kebingungan. Saat perjalanan, aku berusaha mengimbangi kecepatan Fajar. Aku nggak mau ketinggalan. Kalo ketinggalan, ah bisa berabe. Perjalananku bareng mereka juga nggak semulus yang aku kira. Silvi dan Fajar juga nggak paham dimana shelter Merapi, lokasi Pengukuhan JCM 2012. Bedanya, seenggak ngertinya mereka, masih lebih mending daripada aku. Mereka nggak ngerti lokasinya, tapi mereka tahu jalan-jalan menuju kesana. Setelah puter-puter juga, kali ini minus kebingungan lebay, akhirnya sampai di lokasi setelah sebelumnya Mumtaz ngejemput kita di tugu selamat datang (apa pos ronda ya? Rada lupa).
Tempat pengukuhan nggak terlalu buruk. Kamar mandi, tempat tidur, aula, masih lebih baik daripada Workshop JCM 2012 di Desa Pakem. Posisiku di pengukuhan ini sebagai Seksi Keamanan. Aku harus tetep stay di tempat nginap semuanya, baik calon anggota JCM, panitia, maupun senior. Seksi Keamanan itu nggak jelas siapa aja anggotanya. Yang aku tahu cuma aku aja. Mas Dhim, seingetku juga jadi Seksi Keamanan, tapi aku ragu. Soalnya dari angkatan 2010 kayaknya nggak ada yang jadi panitia. Semua panitia dari angkatan 2011 dan beberapa dari angkatan 2012.
Saat screening, aku tetep stay di lokasi penginapan. Mupeng pengen ngikut jalannya screening dan keseruannya. Jam 11 malem atau jam 10-an gitu, akhirnya aku bisa ngikutin screening setelah aku bilang ke Mas Bayu buat nemenin Rahmat stay di lokasi penginapan.
Sama seperti tahun lalu, skenario juga sengaja dibikin. Skenario buat nyiptain ketegangan. Screening selesai sekitar jam 2 dinihari gitu. Ini bener-bener gila! Hampir semalaman kita semua nggak tidur, hanya terkantuk-kantuk doang.
Jam 3 saatnya inti acara. JCM 2012 digembleng secara fisik dan mental. Khas Pramuka dan PMR pas aku aliyah dulu deh. Aku nggak ikut. Sebagai Seksi Keamanan, aku harus tetep stay di lokasi penginapan. Hanya aku. Lainnya ke lokasi penggemblengan. Bahkan Mawar yang aku kira bakal tetep stay di lokasi penginapan, nemenin Veve yang alergi dingin, ternyata ke lokasi penggemblengan juga. Katanya dia dibutuhin banget disana. Lagian kalo dipikir, siapa sih yang mau ngelewatin momen itu? Aku juga sebenernya nggak mau ngelewatin momen itu, tapi mau gimana lagi.
Di Pengukuhan JCM 2012 itu aku merasa istimewa. Ya, istimewa karena apa-apa yang harus aku lakuin seolah mendapat sebuah keistimewaan. Seksi Keamanan, nggak terlalu ngoyo. Aku bahkan bisa ngikutin jalannya screening walau nggak dari awal. Bahkan pas penggemblengan, aku nggak diikutsertakan. Nggak apa juga sih. Aku jadi bisa manfaatin kesempatan itu buat tidur sementara yang lain teriak-teriak. Walau bisa tidur, tapi tetep aja nggak bisa tidur dengan nyaman. Nggak ada kasur, nggak ada bantal, nggak ada yang bisa dipeluk (he he he :P), dingin pula.
Jam 9 pagi, pulang ke rumah masing-masing. Semaleman bisa dibilang kurang banget tidurnya. Mataku pedess pengen merem setelah itu.
Komentar
Posting Komentar