Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2016

(MASIH) BELUM

Ternyata satu tahun belum menjadi rentang waktu yang cukup untuk mengenal dan memahami. Semacam sedih karena kebersamaan selama ini dimaknai seperti apa? Saya pikir kami sudah saling mengenal, ah.. apa hanya perasaan saya? Kami memang saling mengenal tapi tidak saling memahami. Benarkah begitu? Apa saya nggak memahami juga? Saya rasa nggak sepenuhnya begitu. Semua ini berawal dari kesalahan yang saya buat. Ya, saya sadar akan kesalahan itu, tapi semua itu terjadi bukan karena saya sejahat dan setega yang dipikirkan. Ya Rabb.. jika saya sejahat dan setega itu, hukum saya. Waktu itu, saya sempurna lupa, bukan sengaja nggak memberitahu. Sama sekali bukan. Siaran di dua tempat memang terkadang bikin hectic , apalagi saat jadwal bertabrakan. Biasanya saat seperti ini solusinya adalah bertukar jam siaran. Jauh-jauh hari saya sudah meminta tolong kepada seorang teman untuk bertukar jam siaran. Minggu pertama saya catat. Minggu kedua ternyata saya lupa mencatatnya. Alhasil saya lu...

JUAL DIRI

Katanya, penulis (baru bisa dibilang penulis) harus punya buku. Kalau belum punya buku, bukan penulis. Ini semacam label. Orang tahunya, ya penulis punya buku. Walau dia menulis di mana-mana, dimuat (di berbagai) media, tapi belum punya buku (sendiri, bukan keroyokan), bukan penulis namanya. Terus apa dong? Saya setuju penulis memang harus punya buku, tapi saya risih dengan label 'bukan penulis kalau belum punya buku'. Oke, bikin buku gampang (gampang susah). Terbiasa menulis, pasti bisalah bikin buku. Setelah jadi buku, lalu apa? Menerbitkannya. Oke, diterbitkan. Setelah itu? Sudah, 'cuma' sampai diterbitkan? Nggak pengen gitu jadi mega best seller macam Andrea Hirata, Asma Nadia, JK Rowling, Stephanie Meyer? Ya, pengen sih.. Nah.. ini 'akar'nya. Akar apa? Akar-nya Dee? (jangan ngaco!) Membuat buku, menerbitkannya, gampang (bukan berarti menggampangkan loh). Nah.. perkara selanjutnya, gimana biar buku yang telah terbit bisa jadi mega best seller (baca: terj...

BELAJAR MEMAHAMI

Hidup itu belajar. Belajar buat memahami diri-sendiri dan orang lain, salah satunya. Kita hidup nggak sendirian. Saling memahami jelas penting banget. Nggak bisa setiap orang harus punya karakter yang kita pengen. Aku pengen dia nggak begitu, aku pengen dia nggak begini. Jelas nggak bisa mengubah karakter seseorang sesuai dengan keinginan kita. Kalau ada yang nggak sesuai, itulah bagian dari hidup. Sayangnya, terkadang kita sudah berusaha memahami tapi orang lain yang nggak melakukan hal sama. Pengennya dipahami tapi nggak mau memahami. Mungkin sudah sama-sama memahami, tapi nggak tersampaikan. Berusaha mengerti karakter orang lain walau kadang rasanya menyebalkan. Iya, menyebalkan, karena semakin dimengerti kok semakin entah rasanya? Ah, begitulah. Campur-aduk rasanya karena berusaha memahami setiap karakter. Ingat, kita nggak hidup sendiri. Jogja, 13.03.2016