Langsung ke konten utama

SAKIT

Rasa sakit apa yang pernah kamu rasakan? Rasa yang paling sakit. Waktu sunat. Diputusin tanpa alasan yang jelas. Digantungin. Friendzone. Ditikung sahabat sendiri. Jadi itu rasa sakit yang paling sakit? Usaha enggak sukses-sukses, banyak hutang pula. Gimana enggak sakit? Sakit, Bro. Sakitnya tuh, sakitnya tuh di sini.
Semua rasa sakit itu, rasa sakit yang kamu bilang, masih belum seberapa dibanding rasa sakit seorang perempuan saat melahirkan kehidupan. Melahirkan aku, kamu, mereka, artis, presiden, semua. Seperti apa sakitnya? Seperti seluruh urat dalam tubuh putus dan tercerabut dengan paksa. Bisa dibayangkan seperti apa sakitnya? Sakit yang paling sakit di dunia ini. Perempuan mampu menahan sakit itu. Melewati fase antara hidup dan mati demi bayi mungil yang dinantikan. Perempuan, seorang ibu, yang meninggal karena berjuang melahirkan kehidupan, hanya Surga yang abadi penggantinya. Tanpa hisab, sudah tersedia satu istana di Surga-Nya. Mati syahid. Sungguh mulia seorang perempuan, seorang ibu. Rasulullah berkata, "Hormatilah ibumu, ibumu, ibumu, kemudian bapakmu." Kasih Ibu sepanjang masa tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali.
Memang merinding disko mengingat perjuangan perempuan saat melahirkan. Aku, kamu, mereka, dilahirkan dengan cara yang sama. Aku, kamu, mereka, dilahirkan dengan rasa sakit yang enggak ada bandingannya. Suatu kebanggaan yang luar biasa buat seorang perempuan bisa melahirkan normal, tanpa operasi. Melewatinya dengan rasa sakit yang akan tergantikan dengan sebuah istana di Surga nanti.
Seorang teman pernah bercerita tentang perjuangannya saat melahirkan. Enggak segampang adegan dalam film. Kelihatannya mengejan sekali, sudah, selesai. Lahirlah si jabang bayi. Butuh waktu berjam-jam, merasakan sakit yang timbul-tenggelam sampai akhirnya tibalah saatnya si mungil dalam rahim merangsek ingin keluar. Terpanggil oleh lika-liku dunia yang sudah menantinya.
Aku memang belum menjadi ayah. Aku belum pernah melihat sendiri seperti apa perjuangan seorang perempuan saat melahirkan. Mendengar cerita dari teman yang sudah melahirkan buah cinta, benar-benar membuatku merinding. Sakit yang teramat sakit dan hebatnya semua itu berhasil terlewati. Seperti sakit saat disunat? Ah, sepertinya lebih sakit dari itu. Sakit level yang paling tinggi.
Kalau semua orang mengingat betul perjuangan sang ibu saat melahirkan, pasti enggak ada yang cuek, terlalu sibuk dengan dunia sendiri, dan melupakan sang ibu. Apa kita sudah lupa perjuangan melawan sakit, atau lebih tepatnya menikmati sakit, saat seorang ibu melahirkan kita? Waktu itu memang kita enggak mungkin mengingatnya, tapi mengetahui, betapa sakitnya proses persalinan itu, masihkan kita cuek, sibuk dengan dunia sendiri, dan melupakan sang ibu?
Ada satu alat yang bisa memberikan sensasi sakit yang sama seperti saat melahirkan. Laki-laki harus mencobanya. Waktu aku melihat video itu, laki-laki setangguh apapun, seperkasa apapun, akan langsung kelojotan menerima rasa sakitnya. Sakit yang enggak ada bandingannya.
Setiap ibu pasti mencintai anak-anaknya. Setiap ibu enggak mungkin menyia-nyiakan anak yang dengan penuh perjuangan berhasil dilahirkan. Kalau ada ibu yang membuang bayinya, ibu yang enggak menginginkan kehadiran bayi mungilnya, tetap saja ada sebentuk cinta di dalam hatinya, walau tertutupi oleh gumpalan hitam yang menghalangi cahaya cinta itu.
Apa setiap anak mencintai ibunya sebesar dia mencintai pasangan hidupnya? Adakah hubungan seorang anak dengan ibunya seromantis romansa cinta merah jambu? Bukan, bukan tentang cinta yang berujung nafsu, tapi cinta yang memberikan rasa manis di hati. Adakah? Pasti ada.
Kamu 'kan?
Jogja, 23.09.2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PANGGILAN

Setiap keluarga pasti punya nama panggilan buat anggota keluarganya. Anak pertama dipanggil 'kakak'. Anak kedua dipanggil 'adik'. Anak ketiga dipanggil 'dedek'. Ada juga anak pertama laki-laki dipanggil 'mas'. Anak kedua laki-laki dipanggil 'kakak'. Anak terakhir dipanggil 'adik'. Panggilan ini enggak cuma berlaku buat adik ke kakaknya, tapi juga ayah dan ibu memanggil dengan panggilan ini. Ada juga yang dipanggil Guguk. Panggilan kesayangan buat anjing kesayangan. Ayah dan ibu untuk setiap keluarga juga punya panggilan yang berbeda. Ada yang memanggil 'abah', 'papa', 'bapak', 'abi', 'dad', 'rama'. Ada juga 'ummi', 'mama', 'bunda', 'mom', 'biyung'. Aku memanggil ayah dan ibuku dengan panggilan kesayangan 'bapak' dan 'mamah'. Buat rata-rata keluarga di komplek desaku, panggilan 'bapak' dan 'mamah' jarang banget, teruta

KOBATO

Baru beberapa hari nyelesein nonton semua episode Kobato, anime karya Clamp. Anime yang diproduksi 2009 ini baru aku tonton sekarang, 2014.  Aku emang suka anime, tapi kalo nonton anime update, aku jarang. Biasanya anime yang aku tonton produksi lama. Mulai dari Sailor Moon,  Wedding Peach, Card Captor Sakura, hingga Kobato. Anime-anime itu punya kenangan bareng masa kecilku, kecuali Kobato yang baru aku tahu  sekitar 2011 atau 2012, agak lupa. Pertama kali tahu anime ini dari majalah Animonster (sekarang Animonstar). Waktu itu Kobato yang jadi cover- nya. Itu pun bukan majalah baru, tapi bekas.  Aku beli di lapak sebelah rel kereta di Timoho. Harganya kalau nggak salah Rp 8.500 (padahal harga aslinya Rp 30.000-an :P). Aku tertarik beli  karena cover-nya. Waktu itu sih aku belum tahu Kobato. Suka anime, tertarik dengan Kobato yang jadi cover, aku beli deh majalah itu. Kalau nggak  salah majalahnya edisi 2010. Nah, aku bisa punya seluruh episode Kobato dari Net City, warnet yang a

BUKAN KELUARGA CEMARA

  Rasanya seperti nggak percaya aku ada dalam sebuah geng. Terkesan alay. Eits! Jangan ngejudge dulu, Gus. Nggak semua geng itu alay. Dan nggak semua geng itu hanya untuk remaja SMA demi eksistensi diri. Sebenarnya poin eksistensi dirinya sama sih. Aku, Mbak Iham, Mbak Dwi, Mbak Yatimah, dan Rina secara resmi, hari ini, Minggu, 4 Juni 2023 membentuk sebuah geng bernama Cemara. Berawal dari obrolan random dalam perjalanan menuju Pantai Goa Cemara, kami sempat membahas tentang Keluarga Cemara. Ada Abah, Emak, Euis, Ara, dan Agil. Apakah kami berlima merepresentasikan karakter-karakter karangan Arswendo Atmowiloto ini? Bukan. Hanya karena kami berlima dan pas lagi ngobrol tentang Keluarga Cemara, lahirlah Geng Cemara. Awalnya kami hanya janjian main. Kali pertama kami main ke Solo. Waktu itu Rina belum bergabung di klub ini. Kami hanya janjian main dan... selesai. Kami bikin grup chat dan mengalirlah rencana-rencana untuk main ke mana-mana. Kali ini kami main ke Pantai Goa Cemara. Ide yan